Selasa, 09 Desember 2014

pohon Ilmu IMAM PRAYOGA



POHON ILMU IMAM SUPRAYOGO
Disusun oleh : Supiansyah

A.Pendahuluan
Pada abad 10-an, telah lahir sosok intelek yang terkenal di penjuru dunia, ialah Imam al-Ghozali, yang telah mewarnai dunia dengan pemikiran-pemikirannya yang inspiratif dan mengguncang dunia. Memiliki banyak pengetahuan sehingga ia dapat menghasilkan beberapa karya yang telah banyak dikaji masyarakat hingga pada saat ini.
Diantara buah tangan al-Ghazali tersebut adalah buku  Ihya Ulumuddin, salah satu karya besar dari beliau dan salah satu karya besar dalam perpustakaan Islam. Meskipun ada berpuluh lagi karangan beliau yang lain dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, namun yang menjadi intisari dari seluruh karangan-karangan beliau itu adalah buku Ihya Ulumuddin.
Ihya Ulumuddin berbicara tentang banyak hal, diantaranya adalah pembahasan tentang ilmu pada jilid pertama. Al-Ghazali telah membahas konsep strukur keilmuan dan membaginya dari berbagai macam aspek, yang secara garis besar dilihat dari hukum mempelajarinya, yaitu fardh ‘ain dan fardh kifayah.
Sejalan dengan itu, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, salah satu kampus ternama dan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang memiliki obsesi menjadi the real Islamic university dan the center of Islamic civilization di Indonesia. Telah mengembangkan struktur keilmuannya yang terintegrasi antara agama dan ilmu umum  untuk menghasilkan lulusan mahasiswa yang dipersonifikasikan sebagai ulama yang intelek professional dan intelek professional yang ulama . Hal  itu tergambarkan pada konsep pohon ilmu yang memiliki arti tersendiri.

Pada pohon ilmu tersebut, ilmu-ilmu yang terdapat di dalamnya ada yang bersifat fardh ‘ain dan ada yang bersifat fardh kifayah. Mulai dari akar, batang, dahan, ranting dan daun-daunnya.


B. Sekilas Mengenal  Prof. DR. H. Imam Suprayogo
Prof. DR. H. Imam Suprayogo Lahir di Trenggalek 2 Januari 1951. Beliau adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sekaligus Guru Besar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.Lulusan SDN Trenggalek (1964), SMPN Trenggalek (1967) dan SMAN Trenggalek (1970) di kota kelahirannya ini adalah alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang yang berhasil meraih gelar doktornya dari Universitas Airlangga Surabaya (1998) dalam bidang sosiologi.Sebelum menjabat di almamaternya, pernah   menjadi   Pembantu   Rektor I   Universitas    Muhammadiyah    Malang             (1983 - 1996) dan Wakil Direktur Pascasarjana UMM (1996).

            Suami dari Hj. Sumarti dan bapak dari Akhmad Farid Widodo, Hasan Akhmad Wirawan, Fuad Hasan Wicaksono dan Asmak Putri Kamila ini dikenal sebagai pakar dan ahli dalam pengembangan pendidikan islam, sehingga tercatat sebagai pemimpin pendidikan yang sangat cemerlang oleh MURI Indonesia (2006) dalam memimpin dunia pendidikan islam.Ketua Majlis Madrasah Terpadu Kota Malang ini kini sedang melakukan perubahan besar terhadap universitas yang dipimpinnya sejak menjadi STAIN, UIIS hingga menjadi UIN sekarang ini.

Filosofi dan nilai-nilai hidup yang diterapkan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, ternyata lebih banyak direguk dari ayahandanya. Di matanya, lelaki itu begitu agung dan sempurna. Kesabarannya bagai luas lautan yang tak bertepi. “Bayangkan, meskipun telah memiliki      16 anak, namun ayah masih menambahnya lagi dengan anak-anak yatim yang dirawatnya di rumah,” tuturnya mengenang. “Betapapun berat beban yang ditanggungnya, tetapi saya tak pernah menjumpai dan melihat kesedihan pada raut wajahnya,” katanya menambahkan.




            Banyak sekali teladan dan tugas hidup yang bisa dipetik dari ayahnya. Sewaktu kecil, Imam Suprayogo diberi tugas untuk mengisi kendi depan rumahnya  yang berada di pinggiran kampung. Bagi yang melintas dan merasa kehausan, mereka bisa langsung meneguknya. “Kalau air dalam kendi itu habis, maka ayah akan langsung menegur saya untuk segera mengisinya,” terangnya.Saat musim paceklik melanda desa, ayahnya berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. Jika terdapat keluarga yang tak memiliki persediaan pangan, maka dirinya disuruh mengambil makanan yang ada di rumah dan memberikan kepada keluarga tersebut. ”Ayah selalu berpesan, janganlah menjadi orang yang miskin hati danjiwa,”tukasnya.

            Kesantunan tersebut tumbuh dari landasan hidup yang senantiasa dipegangnya; menang tanpo ngasorake, sugih tanpo bondo, sekti tanpo aji-aji, ngluruk tanpo bolo, kayungyun dening pepoyaning kautamaan (menang tanpa merendahkan, kaya tanpa modal, sakti tanpa ajian tertentu, bertempur tanpa bala bantuan, semua dilakukan untuk memperoleh keutamaanhidup).

            Prof. Dr. H. Imam Suprayogo dibesarkan dalam tradisi dan keluarga NU yang taat. Ayahnya adalah pengurus NU setempat dan ibunya pengurus Muslimat. Keduanya adalah orang yang sama-sama gemar berorganisasi dan berdakwah. ”Karena waktu itu jarang sekali orang yang punya sepeda, kemana-mana ayah selalu menunggang kuda. Begitupun ketika berdakwah kepelosok-pelosok kampung,” ungkapnya.

            Itulah sebabnya, keduanya menginginkan dirinya untuk tumbuh menjadi seorang da’i. Alasannya, berdakwah bisa dilakukan dengan gampang. Dengan berdakwah, maka seseorang akan dapat dengan mudah mengambil hati dan posisi di masyarakatnya. Namun pada kenyataannya, kata Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, mengajak kepada kebaikan itu bukanlah hal yang gampang.Apalagi bagi dirinya, yang waktu itu justru menempuh jenjang pendidikannya di SD hingga SMA. Meskipun diserahi sebagai Kepala MI NU yang dikelola ayahnya, namun masih saja dia merasakan betapa sulitnya jadi da’i tersebut. Dari sanalah dirinya menjadi mengerti, bahwa untuk berdakwah perlu mondok di pesantren guna memperdalam ilmu-ilmu agama. Untungnya, seorang kenalan ayahnya memberikan masukan. Sehingga dirinya tak jadi mondok, tetapi langsung meneruskan ke IAIN. Dari sanalah kemudian Suami Hj. Sumarti ini meniti karir sebagai seorang dosen.
Beliau adalah seorang tokoh yang cukup terkenal dengan ide – ide pembaharuan dalam keilmuan umat Islam. Merupakan narasumber yang didengar pendapatnya oleh kalangan Persyarikatan Muhammadiyah dalam masalah Pendidikan dan juga dihormati kalangan Nahdhatul Ulama.
 Beliau adalah pemegang Rekor MURI untuk konsistensi menulis setiap hari di blog tiga tahun tanpa jeda sejak 16 Juni 2008 - 15 Juni 2011. Sekarang sudah bulan September 2012, saya yakin seharusnya Musium Rekor Indonesia .Rekor tersebut kemungkinan akan terus berlanjut karena beliau terus menerus ngeblog sampai hari ini.4
Gagasan beliau antara lain mengenai penghilangan dikotomi antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum. UIN Malang yang beliau pimpin juga cukup revolusioner! Bahasa Arab menjadi bahasa sehari – hari di kampus, demikian juga bahasa Inggris. Semoga beliau mendapatkan kesehatan dan kekuatan untuk terus mengabdi bagi kemajuan umat dan bangsa Indonesia.
C. Pendekatan Pohon Ilmu
Pendekatan ini diperkenalkan oleh salah satu perguruan tinggi negeri  yakni UIN Maliki Malang. Prof. Dr. H. Imam Suparyogo, ialah pencetus dari pendekatan pohon ilmu ini. Beliau adalah rektor UIN Malik Malang, pendekatan ini dibuat seiring perubahan dari ilmu pengetahuan digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang tidak terlihat oleh mata secara langsung, terutama akar tunjang dalam suatu pohon), batang, cabang, ranting, daun, bunga, kulit batang, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti bangunan suatu gedung yang di dalam bangunan itu terdiri dari fondasi (yang tidak terlihat oleh mata secara langsung), pilar, atap, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti struktur yang di dalam struktur itu terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen yang



masing-masing elemennya merupakan bagian terkait yang tidak dapat dipisahkan antara elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam suatu sistem ilmu pengetahuan.
Pohon, bangunan, atau struktur ilmu pengetahuan itu menurut Naya Sujana (dalam Suyanto (ed .) , 2005: terdiri atas unsur atau elemen: (i) realitas; (ii) gejala; (iii) tanda; (iv) symbol; (v) istilah; (vi) pengertian; (vii) nilai dan norma; (viii) konstruk; (ix) konsep; (x) preposisi; (xi) argumentasi; (xii) hipotesis; (xiii) teori; (xiv) dalil; (xv) aksioma; dan (xvi) paradigma.5
Dalam Buku Metode Penelitian Sosial (Suyanto dalam Anonim, 2012), berpikir secara ilmiah dapat dilakukan secara formal dan material. Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk pengertian (aspek eksternal). Sedangkan berpikir secara material adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk pengertian (aspek internal). Kesimpulan atau keputusan diperoleh melalui hubungan antara isi pengertian pada aspek internalnya, dan bukan pada aspek eksternalnya.Dua bentuk cara berpikir ini kemudian melahirkan kebenaran formal dan kebenaran material. Keduanya dapat menjadi hasil dari sebuah penelitian sosial.
Bentuk-bentuk pemikiran, untuk dapat memahami logika berpikir ilmiah hendaknya memahami pola umum dalam berpikir, yakni deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif merupakan proses berpikir dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus. Sedangkan proses berpikir induktif adalah proses berpikir dengan menggunakan premis-premis khusus menuju ke premis umum. Dasar pola berpikir iduktif ini adalah observasi. Pemikiran ilmiah menggunakan kedua pola ini secara bolak balik dan terus menerus. Pola-pola dalam logika berpikir ini menentukan terjadinya sebuah pohon pengetahuan yang terdiri dari akar (realitas) hingga puncak pohon (paradigma).
Berikut akan dijelaskan setiap bagian yang membentuk pohon pengetahuan ilmiah (Suyanto (ed.) Anonim, 2012).
a)      Realitas, yakni materi dasar, ide, fakta
b)      Gejala, yakni apa saja yang ditangkap manusia
c)      Tanda, manusia memberi tanda terhadap gejala itu
d)      Symbol, manusia memberikan makna, arti, nilai sehingga memunculkan sebuah istilah



e)      Istilah, kata untuk menggambarkan symbol itu
f)       Pengertian, pemberian makna atau arti pada istilah
g)      Pemberian nilai dan norma, pemberian arti yang lebih subjektif dan bermakna khusus
h)      Konstruk, membangun suatu pengertian yang lebih menyeluruh dan terorganisasi
i)        Konsep, pengertian yang lebih menyeluruh dengan batas-batas yang jelas
j)        Preposisi, kumpulan beberapa konsep dengan pengertian tertentu dan utuh
k)      Argumentasi, kumpulan beberapa proposisi dengan pola berpikir khusus
l)        Hipotesis, teori yang kebenarannya belum seluruhnya terbuktikan
m)    Teori, pernyataan yang telah terbuktikan
n)      Dalil, teori yang kebenarannya sangat luas dan terbukan dalam waktu yang lama
o)      Aksioma, teori yang kebenarannya tak terbantahkan lagi dan dapat dikatakan universal
p)      Paradigma, suatu konsep yang paling umum dan terdalam untuk melihat dan memahami realitas.

D.  Konsep Pohon Ilmu UIN Maliki Malang
Ilmu yang dikembangkan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bersumber dari al-Qur’an dan hadis nabi. Petunjuk al-Qur’an dan hadis yang masih bersifat konseptual selanjutnya dikembangkan lewat kegiatan eksperimen, observasi dan pendekatan ilmiah lainnya. Ilmu pengetahuan yang berbasis pada al-Qur’an dan al-Sunnah itulah yang dikembangkan oleh UIN Maliki Malang. Jika menggunakan bahasa kontemporer UIN Maliki Malang berusaha menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum dalam satu kesatuan. Sesungguhnya UIN Malang tidak sepaham dengan dengan siapa saja yang mengkategorikan ilmu agama dan ilmu umum. Sebab kategorisasi itu terasa janggal atau rancu. Istilah umum adalah lawan kata dari khusus. Sedangkan agama, khusnya islam tidak tepat dikategorikan sebagai ajaran yang bersifat khusu. Sebab, lingkup ajarannya begitu luas dan bersifat universal, menyangkut berbagai aspek kehidupan. Jika keduanya dipandang sebagain ilmu yang bersumber dari wahyu, sedang ilmu umum berasal dari manusia.


Dalam perspektif bangunan kurikulum, struktur keilmuan yang dikembangkan di UIN Maliki Malang menggunakan metafora sebuah pohon yang kokoh dan rindang. Sebagaimana layaknya sebuag pohon menjadi kukuh, berdiri tegak dan tidak mudah roboh dihempas angis jika memiliki akar yang kukuh dan menghunjam ke bumi. Pohon yang berakar kuat itu akan melahirkan batang yang kukuh pula. Batang yang kukuh akan melahirkan cabang dan ranting yang kuat serta dan dan buah yang sehat dan segar.
Pohon dengan ciri-ciri itulah yang dijadikan perumpamaan ilmu yang dikembangkan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Agar lebih jelas, pohon yang digunakan sebagai metafora bangunan keilmuan UIN Maliki malang dapat digambarkan sebagai berikut:7



         
A.memaknai-akar-pohon- 
 uraian makna dari pohon ilmu UIN Maliki Malang diatas adalah:
1.      Akar yang kukuh menghunjam ke bumi itu digunakan untuk menggambarkan kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris), logika dan filsafat, ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Bahasa Asing yaitu Arab dan Inggris, harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Bahasa Arab digunakan sebagai piranti mendalami ilmu-ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis nabi serta kitab-kitab berbahasa Arab lainnya. Penggunaan bahasa Inggris dipandang penting sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi dan bahasa pergaulan internasional. Selanjutnya, pendalaman terhadap pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kemampuan logika/filsafat, ilmu alam dan ilmu social perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa agar dijadikan bekal dan instrument dalam menganalisis dan memahami isi al-Qur’an, hadis maupun fenomena alam dan social yang dijadikan objek kajian-kajiannya. Jika hal tersebut dikuasai secara baik, maka mahasiswa akan dapat mengikuti kajian keilmuan selanjutnya secara mudah.
2.       Batang yang kukuh digunakan untuk menggambarkan ilmu-ilmu yang terkait dan bersumber lansung dari al-Qur’an dan hadis Nabi. Yaitu, studi al-Qur’an, studi hadis, pemikiran Islam, dan sirah Nabawiyah. Ilmu semacam ini hanya dapat dikaji dan dipahami secara baik oleh mereka yang telah memiliki kemahiran bahasa Arab, logika, ilmu alam dan ilmu sosial.
3.      Dahan dan ranting dari pohon yang kukuh dan rindang tersebut digunakan untuk menggambarkan disiplin ilmu modern yang dipilih oleh setiap mahasiwa. Disiplin ilmu ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keahlian dan profesionalismenya. Disiplin ilmu modern itu misalnya: ilmu kedokteran, filsafat, psikologi, ekonomi, sosiologi, teknik serta cabang-cabang ilmu lainnya.8
Pohon selalu membutuhkan sari pati makanan yang diperoleh dari tanah, diserap oleh akar, dibawa melalui batang ke dahan, ranting dan daun. Oleh daun sari pati makanan itu diolah dengan bantuan sinar matahari yang disebut asimilasi. Hasil olahan sari pati makanan itu dikirim ke seluruh bagian pohon agar tetap hidup dan berkembang, dan selanjutnya berbuah. Begitu pula jika pohon itu digunakan sebagai metafora bangunan ilmu. Tanah dimana pohon itu tumbuh, digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya aspek kultural yang harus ada pada setiap upaya pendidikan, lebih-lebih pendidikan agama islam.
8 Universitas Islam Negeri Malang;Op,cit, hlm.15-17.
 Selanjutnya, akar yang menghujam ke bumi bertugas memperkokoh dan sekaligus mengambil sari pati makanan untuk menggambarkan ilmu alat sebagai syarat bagi siapa saja yang mau mendalami sumber ilmu ke-Islaman yaitu al-Qur’an dan hadis.9

E.Pohon Ilmu Diharapkan Selalu Berbuah
            Umumnya pohon berbuah secara musiman, kadang berbuah tetapi kadang tidak. Pohon ilmu UIN Maliki Malang,  pada setiap saat,  diharapkan selalu berbuah. Buah itu, sebagaimana terbaca dalam logo universitas,  disebut ulul al bab. Sebagai penyandang identitas ulul al bab adalah  mereka yang pada setiap saat selalu berdzikir dan memikirkan ciptaan Allah, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. 
            Secara lebih rinci dirumuskan bahwa lulusan UIN Malang,  sebagai buah pohon ilmu itu adalah orang-orang yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan, ilmu dan kematangan professional. Siapapun yang menyandang sifat-sifat itu, maka akan berhasil menjalani hidupnya  dengan baik. 10 
            Pohon ilmu tidak secara eksplisit menyebut bahwa buahnya adalah orang-orang yang siap kerja atau segera mendapatkan pekerjaan, baik di instansi pemerintah  ataupun swasta. Pekerjaan diakui memang penting, tetapi buah pohon ilmu bukan sebatas itu. Sebagai seorang yang menyandang sifat-sifat mulia, yaitu ulul al bab selalu bercita-cita dan sanggup, agar supaya keberadaannya selalu memberi manfaat bagi orang lain. Selain itu, seorang ulul al bab, tidak pernah berorientasi hanya mementingkan diri sendiri. Pikiran dan jiwanya selalu menjangkau jauh di luar dirinya, yaitu  untuk kepentingan orang lain.  Mereka dikatakan berhasil atau sukses, manakala telah memberi manfaat bagi orang lain. Orientasi hidup seseorang sebagai  buah pohon ilmu, adalah selalu menjadi pemberi dan berposisi di atas, dan bukan sebaliknya, sebagai penerima atau di bawah.


            Atas dasar pandangan itu, keberhasilan seorang penyandang identitas ulul al bab bukan terletak pada jumlah kekayaan, kekuasaan, sahabat, dan sanjungan.  Sebagai seorang yang selalu ingat pada  Allah dan memiliki hati yang lembut, maka mereka selalu mengajak pada kebaikan dan menghindarkan diri dari berbuat yang tidak terpuji. Selanjutnya dengan ilmu dan profesi yang dimiliki, mereka selalu menunaikan amanah dengan cara terbaik, atau beramal saleh. Pohon ilmu diharapkan berbuah orang-orang yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, dan beramal saleh. Di mana pun dan kapan pun bahwa penyandang derajat setinggi itu tidak akan membebani pada orang lain, tetapi justru sebaliknya, selalu memberi manfaat bagi kehidupan ini.   
Berbekalkan kekayaan ilmunya, ketajaman pandangan mata dan telingannya, serta kelembutan hatinya, mereka akan berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya perjuangan. Orang seperti ini kehadirannya, sebagai buah pohon ilmu,  akan selalu membawa manfaat bagi siapapun.

F.Penutup
Pengembangan keilmuan yang dilakukan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang terkonsep dalam pohon ilmu yang terdiri dari bagian-bagian keilmuan, yaitu akar berupa ilmu-ilmu alat dan batang berupa ilmu-ilmu sumber Islam, keduanya bersifat fardh ‘ain yang wajid bagi seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan untuk mempelajarinya. Dan bagian dahan, ranting dan daun, yang bersifat fardh kifayah, artinya setiap mahasiwa boleh mengambil secara berbeda antara yang satu dengan yang lain. Dan, jika seorang mahasiswa sudah mengambil satu jenis fakultas tidak berkewajiban untuk mengambil fakultas lainnya. Jenis ilmu yang digambarkan sebagai dahan tersebut misalnya  ilmu psikologi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu teknik, ilmu MIPA yang akan menghasilkan buah.Metapora berupa  pohon  yang dikembangkan,dan harus  menyebut  buah pohon,maka buah  itu  adalah ilmu , iman dan  amal sholeh





DAFTAR PUSTAKA


Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, terjemahan oleh Ismail Yakub,  (Semarang:C.V Faizan, 1979)
http://zulfanioey.blogspot.com/2011/07/prof-dr-h-imam-suprayogo-mpd.html
http://hergianiq.blogspot.com/2012/11/pendekatan-pohon-ilmu.html
Universitas Islam Negeri Malang, Tarbiyah Uli al-Albab:Dzikir, Fikr dan Amal Shaleh, (Malang: UIN Press, 2008)
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1460%3Amemaknai-akar-pohon-ilmu-uin-maliki-malang&catid=25%3Aartikel-imam-suprayogo&Itemid=156
 Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan di Perguruan tinggi (Konsep Pendidikan Tinggi yang    Dikembangkan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang). Malang:UIN Press,2008).
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1463%3Apohon-ilmu-diharapkan-selalu-berbuah&catid=25%3Aartikel-rektor&Itemid=168