POHON ILMU IMAM SUPRAYOGO
Disusun oleh : Supiansyah
A.Pendahuluan
Pada
abad 10-an, telah lahir sosok intelek yang terkenal di penjuru dunia, ialah
Imam al-Ghozali, yang telah mewarnai dunia dengan pemikiran-pemikirannya yang
inspiratif dan mengguncang dunia. Memiliki banyak pengetahuan sehingga ia dapat
menghasilkan beberapa karya yang telah banyak dikaji masyarakat hingga pada
saat ini.
Diantara
buah tangan al-Ghazali tersebut adalah buku
Ihya Ulumuddin, salah satu karya besar dari beliau dan salah satu
karya besar dalam perpustakaan Islam. Meskipun ada berpuluh lagi karangan
beliau yang lain dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, namun yang
menjadi intisari dari seluruh karangan-karangan beliau itu adalah buku Ihya
Ulumuddin.
Ihya
Ulumuddin berbicara tentang banyak hal, diantaranya adalah pembahasan tentang
ilmu pada jilid pertama. Al-Ghazali telah membahas konsep strukur keilmuan dan
membaginya dari berbagai macam aspek, yang secara garis besar dilihat dari
hukum mempelajarinya, yaitu fardh ‘ain dan fardh kifayah.
Sejalan
dengan itu, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, salah satu
kampus ternama dan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang memiliki
obsesi menjadi the real Islamic university dan the center of
Islamic civilization di Indonesia. Telah mengembangkan struktur keilmuannya
yang terintegrasi antara agama dan ilmu umum
untuk menghasilkan lulusan mahasiswa yang dipersonifikasikan sebagai
ulama yang intelek professional dan intelek professional yang ulama . Hal itu tergambarkan pada konsep pohon ilmu yang
memiliki arti tersendiri.
Pada
pohon ilmu tersebut, ilmu-ilmu yang terdapat di dalamnya ada yang bersifat
fardh ‘ain dan ada yang bersifat fardh kifayah. Mulai dari akar, batang, dahan,
ranting dan daun-daunnya.
B. Sekilas Mengenal Prof. DR. H. Imam Suprayogo
Prof.
DR. H. Imam Suprayogo Lahir di Trenggalek 2 Januari 1951. Beliau adalah Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sekaligus Guru Besar Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang.Lulusan SDN Trenggalek (1964), SMPN Trenggalek
(1967) dan SMAN Trenggalek (1970) di kota kelahirannya ini adalah alumni
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang yang berhasil meraih gelar doktornya
dari Universitas Airlangga Surabaya (1998) dalam bidang sosiologi.Sebelum
menjabat di almamaternya, pernah menjadi
Pembantu Rektor I
Universitas Muhammadiyah Malang (1983 - 1996) dan Wakil Direktur Pascasarjana
UMM (1996).
Suami dari Hj. Sumarti dan bapak dari Akhmad Farid Widodo, Hasan Akhmad Wirawan, Fuad Hasan Wicaksono dan Asmak Putri Kamila ini dikenal sebagai pakar dan ahli dalam pengembangan pendidikan islam, sehingga tercatat sebagai pemimpin pendidikan yang sangat cemerlang oleh MURI Indonesia (2006) dalam memimpin dunia pendidikan islam.Ketua Majlis Madrasah Terpadu Kota Malang ini kini sedang melakukan perubahan besar terhadap universitas yang dipimpinnya sejak menjadi STAIN, UIIS hingga menjadi UIN sekarang ini.
Suami dari Hj. Sumarti dan bapak dari Akhmad Farid Widodo, Hasan Akhmad Wirawan, Fuad Hasan Wicaksono dan Asmak Putri Kamila ini dikenal sebagai pakar dan ahli dalam pengembangan pendidikan islam, sehingga tercatat sebagai pemimpin pendidikan yang sangat cemerlang oleh MURI Indonesia (2006) dalam memimpin dunia pendidikan islam.Ketua Majlis Madrasah Terpadu Kota Malang ini kini sedang melakukan perubahan besar terhadap universitas yang dipimpinnya sejak menjadi STAIN, UIIS hingga menjadi UIN sekarang ini.
Filosofi dan nilai-nilai hidup yang diterapkan
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, ternyata lebih banyak direguk dari ayahandanya. Di
matanya, lelaki itu begitu agung dan sempurna. Kesabarannya bagai luas lautan
yang tak bertepi. “Bayangkan, meskipun telah memiliki 16 anak, namun ayah masih menambahnya lagi
dengan anak-anak yatim yang dirawatnya di rumah,” tuturnya mengenang.
“Betapapun berat beban yang ditanggungnya, tetapi saya tak pernah menjumpai dan
melihat kesedihan pada raut wajahnya,” katanya menambahkan.
Banyak
sekali teladan dan tugas hidup yang bisa dipetik dari ayahnya. Sewaktu kecil,
Imam Suprayogo diberi tugas untuk mengisi kendi depan rumahnya yang berada di pinggiran kampung. Bagi yang
melintas dan merasa kehausan, mereka bisa langsung meneguknya. “Kalau air dalam
kendi itu habis, maka ayah akan langsung menegur saya untuk segera mengisinya,”
terangnya.Saat musim paceklik melanda desa, ayahnya berkeliling dari satu rumah
ke rumah lainnya. Jika terdapat keluarga yang tak memiliki persediaan pangan,
maka dirinya disuruh mengambil makanan yang ada di rumah dan memberikan kepada
keluarga tersebut. ”Ayah selalu berpesan, janganlah menjadi orang yang miskin
hati danjiwa,”tukasnya.
Kesantunan tersebut tumbuh dari landasan hidup yang senantiasa dipegangnya; menang tanpo ngasorake, sugih tanpo bondo, sekti tanpo aji-aji, ngluruk tanpo bolo, kayungyun dening pepoyaning kautamaan (menang tanpa merendahkan, kaya tanpa modal, sakti tanpa ajian tertentu, bertempur tanpa bala bantuan, semua dilakukan untuk memperoleh keutamaanhidup).
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo dibesarkan dalam tradisi dan keluarga NU yang taat. Ayahnya adalah pengurus NU setempat dan ibunya pengurus Muslimat. Keduanya adalah orang yang sama-sama gemar berorganisasi dan berdakwah. ”Karena waktu itu jarang sekali orang yang punya sepeda, kemana-mana ayah selalu menunggang kuda. Begitupun ketika berdakwah kepelosok-pelosok kampung,” ungkapnya.
Itulah sebabnya, keduanya menginginkan dirinya untuk tumbuh menjadi seorang da’i. Alasannya, berdakwah bisa dilakukan dengan gampang. Dengan berdakwah, maka seseorang akan dapat dengan mudah mengambil hati dan posisi di masyarakatnya. Namun pada kenyataannya, kata Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, mengajak kepada kebaikan itu bukanlah hal yang gampang.Apalagi bagi dirinya, yang waktu itu justru menempuh jenjang pendidikannya di SD hingga SMA. Meskipun diserahi sebagai Kepala MI NU yang dikelola ayahnya, namun masih saja dia merasakan betapa sulitnya jadi da’i tersebut. Dari sanalah dirinya menjadi mengerti, bahwa untuk berdakwah perlu mondok di pesantren guna memperdalam ilmu-ilmu agama. Untungnya, seorang kenalan ayahnya memberikan masukan. Sehingga dirinya tak jadi mondok, tetapi langsung meneruskan ke IAIN. Dari sanalah kemudian Suami Hj. Sumarti ini meniti karir sebagai seorang dosen.
Kesantunan tersebut tumbuh dari landasan hidup yang senantiasa dipegangnya; menang tanpo ngasorake, sugih tanpo bondo, sekti tanpo aji-aji, ngluruk tanpo bolo, kayungyun dening pepoyaning kautamaan (menang tanpa merendahkan, kaya tanpa modal, sakti tanpa ajian tertentu, bertempur tanpa bala bantuan, semua dilakukan untuk memperoleh keutamaanhidup).
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo dibesarkan dalam tradisi dan keluarga NU yang taat. Ayahnya adalah pengurus NU setempat dan ibunya pengurus Muslimat. Keduanya adalah orang yang sama-sama gemar berorganisasi dan berdakwah. ”Karena waktu itu jarang sekali orang yang punya sepeda, kemana-mana ayah selalu menunggang kuda. Begitupun ketika berdakwah kepelosok-pelosok kampung,” ungkapnya.
Itulah sebabnya, keduanya menginginkan dirinya untuk tumbuh menjadi seorang da’i. Alasannya, berdakwah bisa dilakukan dengan gampang. Dengan berdakwah, maka seseorang akan dapat dengan mudah mengambil hati dan posisi di masyarakatnya. Namun pada kenyataannya, kata Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, mengajak kepada kebaikan itu bukanlah hal yang gampang.Apalagi bagi dirinya, yang waktu itu justru menempuh jenjang pendidikannya di SD hingga SMA. Meskipun diserahi sebagai Kepala MI NU yang dikelola ayahnya, namun masih saja dia merasakan betapa sulitnya jadi da’i tersebut. Dari sanalah dirinya menjadi mengerti, bahwa untuk berdakwah perlu mondok di pesantren guna memperdalam ilmu-ilmu agama. Untungnya, seorang kenalan ayahnya memberikan masukan. Sehingga dirinya tak jadi mondok, tetapi langsung meneruskan ke IAIN. Dari sanalah kemudian Suami Hj. Sumarti ini meniti karir sebagai seorang dosen.
Beliau adalah seorang tokoh yang cukup terkenal dengan
ide – ide pembaharuan dalam keilmuan umat Islam. Merupakan narasumber yang
didengar pendapatnya oleh kalangan Persyarikatan Muhammadiyah dalam masalah
Pendidikan dan juga dihormati kalangan Nahdhatul Ulama.
Beliau adalah
pemegang Rekor MURI untuk konsistensi menulis setiap hari di blog tiga tahun
tanpa jeda sejak 16 Juni 2008 - 15 Juni 2011. Sekarang sudah bulan September
2012, saya yakin seharusnya Musium Rekor Indonesia .Rekor tersebut kemungkinan
akan terus berlanjut karena beliau terus menerus ngeblog sampai hari ini.4
Gagasan beliau antara
lain mengenai penghilangan dikotomi antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum.
UIN Malang yang beliau pimpin juga cukup revolusioner!
Bahasa Arab menjadi bahasa sehari – hari di kampus, demikian juga bahasa
Inggris. Semoga beliau mendapatkan kesehatan dan kekuatan untuk terus mengabdi
bagi kemajuan umat dan bangsa Indonesia.
C.
Pendekatan Pohon Ilmu
Pendekatan ini diperkenalkan oleh salah satu perguruan tinggi
negeri yakni UIN Maliki Malang. Prof. Dr. H. Imam Suparyogo, ialah
pencetus dari pendekatan pohon ilmu ini. Beliau adalah rektor UIN Malik Malang,
pendekatan ini dibuat seiring perubahan dari ilmu pengetahuan digambarkan
seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang tidak terlihat oleh mata secara
langsung, terutama akar tunjang dalam suatu pohon), batang, cabang, ranting,
daun, bunga, kulit batang, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan
seperti bangunan suatu gedung yang di dalam bangunan itu terdiri dari fondasi
(yang tidak terlihat oleh mata secara langsung), pilar, atap, dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti struktur yang di dalam struktur itu
terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen yang
masing-masing elemennya merupakan bagian terkait yang tidak
dapat dipisahkan antara elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam suatu
sistem ilmu pengetahuan.
Pohon, bangunan, atau struktur ilmu pengetahuan itu menurut Naya
Sujana (dalam Suyanto (ed .) , 2005: terdiri atas unsur atau elemen: (i)
realitas; (ii) gejala; (iii) tanda; (iv) symbol; (v) istilah; (vi) pengertian;
(vii) nilai dan norma; (viii) konstruk; (ix) konsep; (x) preposisi; (xi)
argumentasi; (xii) hipotesis; (xiii) teori; (xiv) dalil; (xv) aksioma; dan
(xvi) paradigma.5
Dalam Buku Metode Penelitian Sosial (Suyanto dalam Anonim,
2012), berpikir secara ilmiah dapat dilakukan secara formal dan material.
Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk
pengertian (aspek eksternal). Sedangkan berpikir secara material adalah
berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk pengertian (aspek
internal). Kesimpulan atau keputusan diperoleh melalui hubungan antara isi
pengertian pada aspek internalnya, dan bukan pada aspek eksternalnya.Dua bentuk
cara berpikir ini kemudian melahirkan kebenaran formal dan kebenaran material.
Keduanya dapat menjadi hasil dari sebuah penelitian sosial.
Bentuk-bentuk pemikiran, untuk dapat memahami logika berpikir
ilmiah hendaknya memahami pola umum dalam berpikir, yakni deduktif dan
induktif. Proses berpikir deduktif merupakan proses berpikir dari hal-hal yang
umum menuju hal-hal yang khusus. Sedangkan proses berpikir induktif adalah
proses berpikir dengan menggunakan premis-premis khusus menuju ke premis umum.
Dasar pola berpikir iduktif ini adalah observasi. Pemikiran ilmiah menggunakan
kedua pola ini secara bolak balik dan terus menerus. Pola-pola dalam logika
berpikir ini menentukan terjadinya sebuah pohon pengetahuan yang terdiri dari
akar (realitas) hingga puncak pohon (paradigma).
Berikut akan dijelaskan setiap bagian yang membentuk pohon
pengetahuan ilmiah (Suyanto (ed.) Anonim, 2012).
a) Realitas, yakni materi dasar, ide, fakta
b) Gejala, yakni apa saja yang ditangkap manusia
c) Tanda, manusia memberi tanda terhadap gejala itu
d) Symbol, manusia memberikan makna, arti, nilai sehingga
memunculkan sebuah istilah
e) Istilah, kata untuk menggambarkan symbol itu
f) Pengertian, pemberian makna atau arti pada istilah
g) Pemberian nilai dan norma, pemberian arti yang lebih subjektif
dan bermakna khusus
h) Konstruk, membangun suatu pengertian yang lebih menyeluruh dan
terorganisasi
i)
Konsep, pengertian yang lebih
menyeluruh dengan batas-batas yang jelas
j)
Preposisi, kumpulan beberapa
konsep dengan pengertian tertentu dan utuh
k) Argumentasi, kumpulan beberapa proposisi dengan pola berpikir
khusus
l)
Hipotesis, teori yang
kebenarannya belum seluruhnya terbuktikan
m) Teori, pernyataan yang telah terbuktikan
n) Dalil, teori yang kebenarannya sangat luas dan terbukan dalam
waktu yang lama
o) Aksioma, teori yang kebenarannya tak terbantahkan lagi dan dapat
dikatakan universal
p) Paradigma, suatu konsep yang paling umum dan terdalam untuk
melihat dan memahami realitas.
D. Konsep
Pohon Ilmu UIN Maliki Malang
Ilmu
yang dikembangkan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bersumber dari al-Qur’an
dan hadis nabi. Petunjuk al-Qur’an dan hadis yang masih bersifat konseptual
selanjutnya dikembangkan lewat kegiatan eksperimen, observasi dan pendekatan
ilmiah lainnya. Ilmu pengetahuan yang berbasis pada al-Qur’an dan al-Sunnah
itulah yang dikembangkan oleh UIN Maliki Malang. Jika menggunakan bahasa
kontemporer UIN Maliki Malang berusaha menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum
dalam satu kesatuan. Sesungguhnya UIN Malang tidak sepaham dengan dengan siapa
saja yang mengkategorikan ilmu agama dan ilmu umum. Sebab kategorisasi itu
terasa janggal atau rancu. Istilah umum adalah lawan kata dari khusus.
Sedangkan agama, khusnya islam tidak tepat dikategorikan sebagai ajaran yang
bersifat khusu. Sebab, lingkup ajarannya begitu luas dan bersifat universal,
menyangkut berbagai aspek kehidupan. Jika keduanya dipandang sebagain ilmu yang
bersumber dari wahyu, sedang ilmu umum berasal dari manusia.
Dalam
perspektif bangunan kurikulum, struktur keilmuan yang dikembangkan di UIN
Maliki Malang menggunakan metafora sebuah pohon yang kokoh dan rindang.
Sebagaimana layaknya sebuag pohon menjadi kukuh, berdiri tegak dan tidak mudah
roboh dihempas angis jika memiliki akar yang kukuh dan menghunjam ke bumi.
Pohon yang berakar kuat itu akan melahirkan batang yang kukuh pula. Batang yang
kukuh akan melahirkan cabang dan ranting yang kuat serta dan dan buah yang
sehat dan segar.
Pohon
dengan ciri-ciri itulah yang dijadikan perumpamaan ilmu yang dikembangkan di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Agar
lebih jelas, pohon yang digunakan sebagai metafora bangunan keilmuan UIN Maliki
malang dapat digambarkan sebagai berikut:7
A.memaknai-akar-pohon-
uraian makna dari pohon ilmu UIN Maliki
Malang diatas adalah:
1.
Akar yang kukuh menghunjam ke bumi itu digunakan untuk menggambarkan kemampuan berbahasa
asing (Arab dan Inggris), logika dan filsafat, ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial. Bahasa Asing yaitu Arab dan Inggris, harus dikuasai oleh setiap
mahasiswa. Bahasa Arab digunakan sebagai piranti mendalami ilmu-ilmu yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis nabi serta kitab-kitab berbahasa Arab
lainnya. Penggunaan bahasa Inggris dipandang penting sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi dan bahasa pergaulan internasional. Selanjutnya,
pendalaman terhadap pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kemampuan
logika/filsafat, ilmu alam dan ilmu social perlu dikuasai oleh setiap mahasiswa
agar dijadikan bekal dan instrument dalam menganalisis dan memahami isi
al-Qur’an, hadis maupun fenomena alam dan social yang dijadikan objek
kajian-kajiannya. Jika hal tersebut dikuasai secara baik, maka mahasiswa akan
dapat mengikuti kajian keilmuan selanjutnya secara mudah.
2. Batang yang kukuh digunakan untuk
menggambarkan ilmu-ilmu yang terkait dan bersumber lansung dari al-Qur’an dan
hadis Nabi. Yaitu, studi al-Qur’an, studi hadis, pemikiran Islam, dan sirah
Nabawiyah. Ilmu semacam ini hanya dapat dikaji dan dipahami secara baik oleh
mereka yang telah memiliki kemahiran bahasa Arab, logika, ilmu alam dan ilmu
sosial.
3.
Dahan dan ranting dari pohon yang kukuh dan rindang tersebut digunakan untuk
menggambarkan disiplin ilmu modern yang dipilih oleh setiap mahasiwa. Disiplin
ilmu ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keahlian dan profesionalismenya.
Disiplin ilmu modern itu misalnya: ilmu kedokteran, filsafat, psikologi,
ekonomi, sosiologi, teknik serta cabang-cabang ilmu lainnya.8
Pohon selalu membutuhkan sari pati makanan yang
diperoleh dari tanah, diserap oleh akar, dibawa melalui batang ke dahan,
ranting dan daun. Oleh daun sari pati makanan itu diolah dengan bantuan sinar
matahari yang disebut asimilasi. Hasil olahan sari pati makanan itu dikirim ke
seluruh bagian pohon agar tetap hidup dan berkembang, dan selanjutnya berbuah.
Begitu pula jika pohon itu digunakan sebagai metafora bangunan ilmu. Tanah
dimana pohon itu tumbuh, digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya aspek
kultural yang harus ada pada setiap upaya pendidikan, lebih-lebih pendidikan
agama islam.
8 Universitas
Islam Negeri Malang;Op,cit, hlm.15-17.
Selanjutnya, akar yang menghujam ke bumi
bertugas memperkokoh dan sekaligus mengambil sari pati makanan untuk
menggambarkan ilmu alat sebagai syarat bagi siapa saja yang mau mendalami
sumber ilmu ke-Islaman yaitu al-Qur’an dan hadis.9
E.Pohon
Ilmu Diharapkan Selalu Berbuah
Umumnya pohon berbuah secara
musiman, kadang berbuah tetapi kadang tidak. Pohon ilmu UIN Maliki Malang, pada setiap saat, diharapkan selalu berbuah. Buah itu,
sebagaimana terbaca dalam logo universitas,
disebut ulul al bab. Sebagai penyandang identitas ulul al bab
adalah mereka yang pada setiap saat
selalu berdzikir dan memikirkan ciptaan Allah, baik yang ada di langit maupun
yang ada di bumi.
Secara
lebih rinci dirumuskan bahwa lulusan UIN Malang, sebagai buah pohon ilmu itu adalah
orang-orang yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan, ilmu
dan kematangan professional. Siapapun yang menyandang sifat-sifat itu, maka
akan berhasil menjalani hidupnya dengan
baik. 10
Pohon
ilmu tidak secara eksplisit menyebut bahwa buahnya adalah orang-orang yang siap
kerja atau segera mendapatkan pekerjaan, baik di instansi pemerintah ataupun swasta. Pekerjaan diakui memang
penting, tetapi buah pohon ilmu bukan sebatas itu. Sebagai seorang yang
menyandang sifat-sifat mulia, yaitu ulul al bab selalu bercita-cita dan
sanggup, agar supaya keberadaannya selalu memberi manfaat bagi orang lain. Selain
itu, seorang ulul al bab, tidak pernah berorientasi hanya mementingkan diri
sendiri. Pikiran dan jiwanya selalu menjangkau jauh di luar dirinya, yaitu untuk kepentingan orang lain. Mereka dikatakan berhasil atau sukses,
manakala telah memberi manfaat bagi orang lain. Orientasi hidup seseorang
sebagai buah pohon ilmu, adalah selalu
menjadi pemberi dan berposisi di atas, dan bukan sebaliknya, sebagai penerima
atau di bawah.
Atas dasar pandangan itu,
keberhasilan seorang penyandang identitas ulul al bab bukan terletak pada
jumlah kekayaan, kekuasaan, sahabat, dan sanjungan. Sebagai seorang yang selalu ingat pada Allah dan memiliki hati yang lembut, maka
mereka selalu mengajak pada kebaikan dan menghindarkan diri dari berbuat yang
tidak terpuji. Selanjutnya dengan ilmu dan profesi yang dimiliki, mereka selalu
menunaikan amanah dengan cara terbaik, atau beramal saleh. Pohon ilmu
diharapkan berbuah orang-orang yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, dan
beramal saleh. Di mana pun dan kapan pun bahwa penyandang derajat setinggi itu
tidak akan membebani pada orang lain, tetapi justru sebaliknya, selalu memberi
manfaat bagi kehidupan ini.
Berbekalkan
kekayaan ilmunya, ketajaman pandangan mata dan telingannya, serta kelembutan
hatinya, mereka akan berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya
perjuangan. Orang seperti ini kehadirannya, sebagai buah pohon ilmu, akan selalu membawa manfaat bagi siapapun.
F.Penutup
Pengembangan
keilmuan yang dilakukan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
yang terkonsep dalam pohon ilmu yang terdiri dari bagian-bagian keilmuan, yaitu
akar berupa ilmu-ilmu alat dan batang berupa ilmu-ilmu sumber Islam, keduanya
bersifat fardh ‘ain yang wajid bagi seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan
untuk mempelajarinya. Dan bagian dahan, ranting dan daun, yang bersifat fardh
kifayah, artinya setiap mahasiwa boleh mengambil secara berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Dan, jika seorang mahasiswa sudah mengambil satu jenis
fakultas tidak berkewajiban untuk mengambil fakultas lainnya. Jenis ilmu yang
digambarkan sebagai dahan tersebut misalnya
ilmu psikologi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu teknik, ilmu MIPA yang
akan menghasilkan buah.Metapora berupa
pohon yang dikembangkan,dan
harus menyebut buah pohon,maka buah itu
adalah ilmu , iman dan amal
sholeh
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, terjemahan
oleh Ismail Yakub, (Semarang:C.V Faizan,
1979)
http://zulfanioey.blogspot.com/2011/07/prof-dr-h-imam-suprayogo-mpd.html
http://hergianiq.blogspot.com/2012/11/pendekatan-pohon-ilmu.html
Universitas Islam Negeri Malang, Tarbiyah
Uli al-Albab:Dzikir, Fikr dan Amal Shaleh, (Malang: UIN Press, 2008)
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1460%3Amemaknai-akar-pohon-ilmu-uin-maliki-malang&catid=25%3Aartikel-imam-suprayogo&Itemid=156
Imam
Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan di Perguruan tinggi (Konsep
Pendidikan Tinggi yang Dikembangkan
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang). Malang:UIN Press,2008).
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1463%3Apohon-ilmu-diharapkan-selalu-berbuah&catid=25%3Aartikel-rektor&Itemid=168