KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF KEPALA
MADRASAH
Oleh : Supiansyah
A.
Pendahuluan
Pendidikan memegang peran yang sangat penting
dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia, maka pemerintah bersama masyarakat terus berupaya
mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem
evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar,
serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan merupakan
sarana yang paling penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia dan
suatu kebutuhan yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia untuk
mencerdaskan kehidupan dan membentuk manusia yang terampil di bidangnya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan nilai
dan sikap yang diberikan secara lengkap kepada generasi muda untuk membantu
perkembangan bakat dan kemampuan yang dimiliki agar bermanfaat bagi kehidupnya.
Pendidikan dalam menghasilkan anak-anak bangsa
yang berkualitas, handal dan terampil dalam bidangnya dipengaruhi oleh banyak
faktor. Beberapa di antaranya adalah faktor sarana prasana yang memadai, guru,
dan kepala sekolah untuk mengelola lembaga pendidikan, mendidik, membimbing,
serta mengarahkan guru dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan akan berhasil bila pendidikan itu
dikelola dengan baik memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga hasil
lulusan itu tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengelola pendidikan
tersebut dibutuhkan pemimpin pendidikan yang profesional, kreatif,inovatif dan dapat menjalankan visi, misi, serta tujuan
yang akan dicapai, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Secara umum, untuk
meningkatkan mutu sekolah, untuk mencapai standar kompetensi harus ditunjang
oleh banyak pendukung di antaranya adalah kepala sekolah dan tenaga
kependidikan profesional. Oleh karena itu, diperlukan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan yang profesional sebagai pemenuhan Sumber Daya Manusia yang baik
yang memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan
proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Hubungan yang baik antara kepala
sekolah dan guru merupakan salah satu harmonisasi pembelajaran pada sekolah
tersebut.
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang sangat penting. Terlaksana atau tidaknya suatu program pendidikan dan
tercapai atau tidak tujuan pendidikan, sangat tergantung kepada kecakapan dan
policy kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dengan baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausaahan, keuangan serta mengatur hubunagan masyarakat. Selain itu juga wewenang untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.Selain itu, bahwa kepala sekalah juga harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah.
Kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dengan baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausaahan, keuangan serta mengatur hubunagan masyarakat. Selain itu juga wewenang untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.Selain itu, bahwa kepala sekalah juga harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah.
B.
Kepemimpinan Kreatif dan Inovatif
1. Kepemimpinan
a.
Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan
untuk diri sendiri, melainkan mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak
untuk mencapai cita-cita bersama[1].
Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap
disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien.
Hal ini juga diimbangi interaksi yang positif, yaitu ketrampilan utama dalam
mengelola sumber daya manusia. Pemimpin juga harus sensitif dalam berinteraksi,
baik terhadap bahasa verbal, nada suara, maupun nonverbal atau bahasa tubuh (body language) (Wahjosumidjo, 1987)
Siagian (2003) merupakan bahwa kepemimpinan dalam konteks
suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengarui perilaku orang lain,
terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga
melalui perilaku yang positif,ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian
tujuan organisasi.
b.
Karakteristik Pemimpin
Karakteristik pemimpin
merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpinan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat
pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu
dalam Hakien 2003)[2].
1. Pemimpin harus peka
terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari
orang-orang di sekitarnya.
2. Pemimpin harus menjadi
teladan dalam lingkungannya.
3. Pemimpin harus bersikap
dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
4. Pemimpin harus mampu
mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang
relevan diperhitungkan.
Teori kepemimpinan
berdasarkan ciri (traits theory)
memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin yaitu (Siagian, 2003):
1.
Pengetahuan umum yang luas.
2.
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
3.
Kemampuan analitik.
4.
Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
5.
Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
6.
Kemampuan menentukan skala prioritas.
7.
Rasionalitas
8.
Keteladanan
9.
Ketegasan
10. Orientasi masa depan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan
bahwa pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik
dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak
dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.
c.
Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Menurut Siagan (2003),
fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
1. Penentuan arah yang hendak
ditempuh oleh organisasi dalam usaha tujuan dan berbagai sasarannya.
2. Wakil dan juru bicara
organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama
dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
3. Komunikator yang efektif.
4. Mediator yang handal,
khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara
individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang
dipimpinnya.
5. Integrator yang rasional
dan objektif.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki
tersebut, pemimpin diharapkan dapat membawa para pengikutnya ketujuan yang
hendak dicapai.
2. Kreativitas
a.
Definisi Kreativitas
Menurut NACCCE (National
Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005),
kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan
bernilai.
Menurut Munandar (1985),
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal
yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang
sudah ada sebelumnya.
Guiford (dalam Munandir,
2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau
pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan,
yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers
(dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan
manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Campbell (dalam
Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
1.
Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum
ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
2.
Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak,
praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah,
mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
3.
Dapat dimengerti atau understandable,
yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu,
tau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat
dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Beragamnya pendapat para
ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun
kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat
dimengerti.
b. Ciri – Ciri Kreativitas
Guilford (dalam Munandar,
2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
1. Kelancaran berpikir (fluency
of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar
dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang
ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
2. Keluwesan berpikir (flexibility),
yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.
Orang yang kreatif adalah orang yang luwes
dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan
menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c. Faktor
–Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang
dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
1. Dorongan dari dalam
diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu
memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas,
mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang
dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika
individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya
menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung
oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi
intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain
didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal
(interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi
diantaranya:
a)
Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima
segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa
adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap
pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh,
kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah
individu yang mampu menerima perbedaan.
b) Kemampuan untuk menilai
situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)
c) Pada dasarnya penilaian
terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan
karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak
tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
d) Kemampuan untuk
bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
2. Dorongan dari lingkungan
(motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009)
mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu
dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[3].
Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber
pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan
sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke
perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas
individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang
dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam
Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan
kreativitas ditandai dengan adanya[4] :
1. Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang
saling berhubungan, yaitu:
a)
Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya.
b)
Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat
evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek
mengancam.
c)
Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang
mereka dan menerimanya.
2. Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan
kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan
sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor
kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan
berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari
ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil
resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002)[5].
3. Inovasi
a. Pengertian
Inovasi
Schumpeter (1934) inovasi
adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi.
Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja,
pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat
(dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Zimmerer dan Scarborough (2005), inovasi merupakan
kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu permasalahan
berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan
seseorang.
b. Perilaku Inovatif
Pengertian perilaku inovatif
menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku
individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan
hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa
peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000
dalam De Jong & Den Hartog, 2003)[6].
Perilaku inovatif adalah semua perilaku individu yang diarahkan
untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat
dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu
kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
c. Karakter Individu yang Berperilaku
Inovatif
1.
Memiliki keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan
dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala sesuatu.
2.
Dia selalu mencari dan menulis setiap ide baru yang akan
mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan kualitas dirinya.
3.
Melontarkan ide-ide kepada orang lain untuk didiskusikan
bersama
4.
Berfikir dengan menggunakan berbagai cara.
5.
Tidak akan terpengaruh oleh hinaan, ejekan, atau gentar
dengan rintangan. Dia akan terus mengamati, dan berusaha mencari temuan-temuan
baru.
6.
Tidak mau menerima rutinitas yang membuatnya stagnan
7.
Seorang yang berjiwa inovatif tidak pernah merasa bosan
berusaha (ulet)
8.
Tidak takut melakukan kesalahan
9.
Memandang setiap kesulitan adalah sebagai jalan pembuka
untuk menuju sukses.
C. Konsep Inovasi
kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah
Salah satu dari lima kompetensi kewirausahaan
Kepala sekolah/madrasah adalah menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasahnya. Untuk meningkatkan kompetensi inovasi Kepala
sekolah/madrasahnya, maka Kepala sekolah/madrasah hendaknya mengetahui dan
mampu menerapkan konsep inovasi dalam mengembangkan sekolah/madrasah. Oleh
sebab itu, Kepala sekolah/madrasah dituntut memiliki sifat kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya.
Kreativitas dan inovasi merupakan dimensi-dimensi
penting kewirausahaan. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang
baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Sedang inovasi adalah penciptaan
sesuatu yang berbeda dari sebelumnya (Drucker, 1985). Contoh: hasil
inovasi adalah kantin jujur, pembelajaran anti korupsi, pembelajaran
PAIKEM, manajemen sekolah/madrasah bersertifikasi ISO, unit produksi
sekolah/madrasah sebagai tempat praktik siswa untuk memperoleh pengalaman nyata
di dunia kerja, dan lain-lain.
Kepala
sekolah/madrasah perlu memiliki kompetensi inovasi agar dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya selalu memikirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya
melalui perbaikan, pengembangan, pengayaan, pemodifikasian, dsb. Dalam rangka
untuk memajukan dan mengembangkan sekolah/madrasahnya.
Seorang inovator memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
mengerjakan tugas dengan cara yang tidak konvensional;
b.
menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara
yang tidak liniear;
c.
lebih tertarik pada hasil dari pada proses;
d.
tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutin;
e.
kurang senang pada kesepakatan; dan
f. kurang sensitif terhadap
orang lain.
Cara melakukan inovasi dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. anda harus ke luar dari kawasan yang membuat
anda nyaman (comfort zone);
b.
jangan berpikir dengan cara yang sudah terbiasa
ada/dilakukan;
c.
bergerak lebih cepat dibanding orang lain (pesaing) agar
tidak didahului orang lain;
d.
dengarkan ide stakeholders
sekolah/madrasah;
e.
bertanyalah kepada warga sekolah/madrasah dan stakeholders apa yang perlu diubah di
sekolah/madrasah ini secara berkala;
f.
dorong diri sendiri dan orang lain untuk cepat bergerak
tetapi selamat;
g.
berharap untuk menang, dan memiliki kesehatan dan
kekuatan; dan
h. rekreasi secukupnya untuk mendapatkan
ide-ide baru (Anonim 3, 2005).
D. Ciri Pemimpin Yang Inovatif
Inovasi
merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan pemimpin dalam
kepemimpinannya. Pemimpin yang sukses sejatinya adalah pemimpin yang inovatif.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, sangat dibutuhkan pemimpin yang
kreatif dan inovatif. Berikut adalah beberapa ciri pemimpin yang inovatif: [8]
1) Memiliki
passion, dia fokus pada hal-hal yang ingin diubah, tantangan-tantangan yang
ada, serta strategi untuk menghadapi tantangan-tangangan tersebut. Passion akan
membuat seorang pemimpin tetap berenergi dan bisa menyemangati timnya, bahkan
dalam kondisi terpuruk sekalipun. Passion akan mendorong pemimpin mencapai
mimpinya.
2) Memiliki
visi dan tujuan Inovasi . Pemimpin tidak bisa mengharapkan timnya bisa
berinovasi jika mereka tidak mengerti arah tujuan organisasi. Pemimpin yang
besar banyak menghabiskan waktunya untuk menggambarkan visi dan tujuan
organisasi serta tantangan yang menghadangnya. Mereka mampu menginspirasi banyak
orang untuk menjadi sukses dengan mengandalkan inovasi.
3) Memandang
perubahan sebagai tantangan pemimpin yang inovatif, memiliki ambisi dan tak
pernah puas dengan kondisi “nyaman”. Mereka kerap menyuarakan perubahan. Bagi
mereka, berdiam atau berpuas diri dengan kondisi saat ini lebih berisiko
ketimbang menjajal sesuatu hal yang baru. Mereka akan terus mencari kesempatan
untuk membesarkan organisasinya.
4) Berani
bertindak di luar aturan Untuk berinovasi, tak jarang seorang pemimpin perlu
menantang aturan yang ada. Bisnis itu ibarat seni. Perusahaan dituntut untuk
kreatif mencari cara-cara baru demi memuaskan pelanggan.
5) Tidak
takut gagal Pemimpin yang inovatif menganggap kegagalan sebagai bagian dari
pelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ia cenderung melihat nilai dan potensi
yang dimiliki oleh organisasinya-bukan hanya melihat besar biaya operasional.
6) Mau
berkolaborasi Kolaborasi menjadi kunci bagi banyak pemimpin untuk sukses dengan
inovasi. Ketika mereka menemukan bahwa sumber daya yang mereka miliki kurang
memadai untuk mencapai tujuan organisasi, mereka tak menutup kemungkinan untuk
berpartner dengan pihak lain.
E. Karakter Pemimpin Yang Kreatif
Sudah tidak kontekstual lagi bagi pemimpin di zaman yang
serba cepat ini mengandalkan posisinya dengan sekedar memberikan perintah
kepada anakbuahnya. Pemimpin perlu lebih bijak dalam menyikapi hubungan antara
dirinya dengan anakbuahnya, dan akibat yang ditimbulkan terhadap organisasi
tempatnya bertugas. Cakrawala pandang yang diperlukan tidak hanya terbatas pada
pengerjaan tugas saat ini atau jangka yang menengah. Pemimpin yang visionaris
akan melihat lebih jauh ke depan. Pada kondisi saat ini, salah satu keunggulan
yang perlu dibangun bagi seorang pemimpin adalah menjadi pemimpin yang kreatif.
Navi Radjou [9]
mengusulkan lima karakter unggul seorang pemimpin yang kreatif.
1. Pemimpin
dibanding hanya memberikan perintah, lebih baik membimbing kelompok dan
organisasinya ke arah sukses. Dengan cara seperti ini, pemimpin tidak hanya
menggerakkan anakbuahnya, tetapi juga menumbuhkembangkan mereka. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memberi perintah adalah menyampaikan secara jelas kepada
anakbuah mengenai apa manfaat yang akan mereka peroleh dengan menjalankan
perintah tersebut.
2. Jangan hanya mengelola anak buah, tapi buat
mereka menjadi lebih mampu untuk melakukan tugas. Pemimpin bertugas membantu
anakbuah agar mereka mampu menemukan langkah-langkah pengerjaan, pengalaman,
dan mendapatkan solusi. Pada kondisi ini pemimpin hanya terbatas membimbing,
bukan memerintahkan menggunakan satu metode baku. Anakbuah hanya diberikan
panduan mengenai hasil akhir apa yang harus mereka raih, bagaimana cara untuk
mencapai tujuan tersebut adalah ditentukan oleh anakbuah dengan bimbingan
pemimpin.
3. Rasa hormat seharusnya diberikan pemimpin
kepada anakbuahnya, bukan justru pemimpin yang meminta dihormati anakbuahnya.
Jika pemimpin memperlakukan anakbuah dengan hormat, dengan sendirinya rasa
hormat ini akan diberikan kembali dari anakbuah kepada pemimpin. Pemberian rasa
hormat ini membuat anakbuah lebih percaya diri dalam melaksanakan tugas mereka,
dan kondisi ini akan membuat mereka lebih termotivasi untuk mencapai sasaran
yang ditentukan.
4. Pemimpin
harus mengetahui cara mengelola kondisi di saat anakbuah mencapai kesuksesan
ataupun mengalami kegagalan. Pada kedua kondisi tersebut, pemimpin tetap
memperlakukan anakbuah secara manusiawi. Ketika kesukesan diraih, ganjaran yang
diberikan selain menghargai jerih payah untuk mencapai sasaran, sekaligus
memacu anakbuah untuk semakin meningkatkan prestasinya. Jika kondisi yang
terjadi adalah kegagalan, hukuman yang diberikan bukanlah berupa pematah
semangat, namun harus mampu untuk memberikan motivasi. Tujuannya adalah agar
anakbuah dapat bangkit dari kegagalan, mengambil pembelajaran dari kegagalan
tersebut, dan menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
5. Tunjukkan
kemurahhatian dalam memimpin anakbuah, jangan serakah. Pemimpin disarankan
untuk rendah hati ketika meraih kesuksesan. Bahkan, jika memungkinkan berikan
peluang kepada orang lain untuk bisa tampil sebagai bintang yang berkontribusi
atas kesuksesan tersebut. Dengan demikian, pemimpin menghargai anak buahnya
sebagai bagian dari kesuksesan yang diraihnya.
F. Kepemimpinan Inovatif Kepala Sekolah
Pemimpin berupaya menumbuhkan ide dan merenungkan
masa depan yang inovatif dengan jalan membangun visi, serta membangun konsep
menajemen seluruh personil. Kepala sekolah yang inovatif tidak sekedar meminta
guru untuk melakukan inovasi kelas, tapi kepala sekolah juga bertindak inovatif
kemudian mempraktikannya dalam pengelolaan kelas dan sekolah secara umum.. Suatu
lembaga memerlukan lider yang penuh kreatifitas, ide, dan inovatif demi lembaga
yang dipimpinnya.Seorang manejer juga harus membangun interaksi dengan
lingkungan sekolah.Oleh karena itu perlunya sosok kepala sekolah yang inovatif.
Kepala sekolah yang inovatif memiliki ciri sebagai berikut.[10]
a.
Menyusun program baru melaksanakan dan mengevaluasi.
b.
Melaksanakan manajemen berbasis sekolah.
c.
Mengembangkan inovasi pembelajaran.
d.
Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif.
e.
Mengembangkan profesional guru dan tenaga kependidikan.
f.
Menggalang parsipasi masyarakat.
Langkah-langkah kepala sekolah sebagai inovatif sebagai
berikut. (1) Memiliki visi untuk berubah. (2)Tidak merasa takut adanya
perubahan. (3) Berpikir seperti investor yang berani mengambil resiko. (4)
Memiliki usulan yang dinamis. (5) Kolaborasi. (6) Siap menerima kegagalan.
Kiat- kiat kepala sekolah yang inovatif dalam memotivasi
guru. yaitu:
a.
Turut serta dalam menyusun silabus, RPP, dan perangkat
pembelajaran.
b.
Memberikan penghargaan kepada guru yang bersusah payah
menyusun materi pembelajaran.
c.
Menghargai guru yang berprestasi dengan meberikan reward.
d.
Memberikan petunjuk bagaimana menggunakan metode yang
relevan.
e.
Menunjukan kesalahan dengan bahasa yang santun, tidak
menyinggung perasaan.
f.
Memberi kesempatan guru untuk menyampaikan permasalahannya
untuk dipecahkan secara individu atuau kolektif.
g.
Menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan guru.
F. Kesimpulan
Dalam dunia kewirausahaan, karakter
yang sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan dalam
melaksanakan kewirausahaan adalah dengan memiliki sifat kreatif, inovatif, dan
kepemimpinan. Ketiga hal tersebut hendaknya dikolaborasikan menjadi satu kata
yaitu sebuah kesuksesan.
Kreatif sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bertujuan
menciptakan hal baru atau memperbaiki suatu hal yang sudah ada agar memiliki
nilai guna dan manfaat. Dalam dunia kewirausahaan, sesorang harus memiliki
kreatifitas yang mumpuni agar bisnis yang dijalankan menarik orang dan
menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Bukan hanya kreatifitas dalam pembuatan
produk yang kita miliki, tetapi ada unsur lain yang harus disentuh dengan
kreatifitas, misalnya saja pemasaran yang kita lakukan agar menarik masyarakat
untuk membeli barang/jasa yang kita tawarkan.
Inovasi
adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi.
Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk,
pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak
hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat. Perilaku
inovatif adalah semua perilaku individu
yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level
organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan
resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental
Diantara
salah satu kompetensi kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah adalah
menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasahnya. Untuk
meningkatkan kompetensi inovasi Kepala sekolah/madrasahnya, maka Kepala
sekolah/madrasah hendaknya mengetahui dan mampu menerapkan konsep inovasi dalam
mengembangkan sekolah/madrasah. Oleh sebab itu, Kepala sekolah/madrasah
dituntut memiliki sifat kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
sekolah/madrasahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendro..Dasar-dasar
Kewirausahaan. Jakarta : (Penerbit Erlangga. 2011).
(http://www.ernirismayana.blogspot.com).
Kasali Rhenald. Modul Kewirausahaan. (Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. 2010)
McClelland, D. Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. 1987).
Suryana. Kewirausahaan
(Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). (Jakarta: Penerbit Salemba Empa. 2006).
udayapemimpin.blogspot.com/2012/09/6-ciri-pemimpin-yang-inovatif-di-era.html,
[2] Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat
dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empa. Hal : 44
[7]
http://serbarabari.blogspot.com/2011/09/konsep-inovasi-kewirausahaan-kepala.html,01 Oktober 2014
[8]
udayapemimpin.blogspot.com/2012/09/6-ciri-pemimpin-yang-inovatif-di-era.html,
01 Nopember 2014
[9]
http://adhibaskara.com/2011/10/11/menjadi-pemimpin-yang-kreatif/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar