Selasa, 09 Desember 2014

Kepemimpinan Kreatif dan inovatif Kepala Madrasah



KEPEMIMPINAN KREATIF DAN INOVATIF KEPALA MADRASAH
Oleh : Supiansyah
A.    Pendahuluan

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama masyarakat terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan merupakan sarana yang paling penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia dan suatu kebutuhan yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia untuk mencerdaskan kehidupan dan membentuk manusia yang terampil di bidangnya. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan tempat pengembangan nilai dan sikap yang diberikan secara lengkap kepada generasi muda untuk membantu perkembangan bakat dan kemampuan yang dimiliki agar bermanfaat bagi kehidupnya.

Pendidikan dalam menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas, handal dan terampil dalam bidangnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah faktor sarana prasana yang memadai, guru, dan kepala sekolah untuk mengelola lembaga pendidikan, mendidik, membimbing, serta mengarahkan guru dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan akan berhasil bila pendidikan itu dikelola dengan baik memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga hasil lulusan itu tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengelola pendidikan tersebut dibutuhkan pemimpin pendidikan yang profesional, kreatif,inovatif  dan dapat menjalankan visi, misi, serta tujuan yang akan dicapai, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Secara umum, untuk meningkatkan mutu sekolah, untuk mencapai standar kompetensi harus ditunjang oleh banyak pendukung di antaranya adalah kepala sekolah dan tenaga kependidikan profesional. Oleh karena itu, diperlukan kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai pemenuhan Sumber Daya Manusia yang baik yang memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Hubungan yang baik antara kepala sekolah dan guru merupakan salah satu harmonisasi pembelajaran pada sekolah tersebut.

Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting. Terlaksana atau tidaknya suatu program pendidikan dan tercapai atau tidak tujuan pendidikan, sangat tergantung kepada kecakapan dan policy kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dengan baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelajaran, ketatausaahan, keuangan serta mengatur hubunagan masyarakat. Selain itu juga wewenang untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.Selain itu, bahwa kepala sekalah juga harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah.

B.       Kepemimpinan Kreatif dan Inovatif
1.    Kepemimpinan
a.     Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang mencari kekuasaan untuk diri sendiri, melainkan mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai cita-cita bersama[1]. Melalui kejelasan wewenang, tanggung jawab, serta diimbangi dengan sikap disiplin mereka mengatasi masalah bersama karyawan secara efektif dan efisien. Hal ini juga diimbangi interaksi yang positif, yaitu ketrampilan utama dalam mengelola sumber daya manusia. Pemimpin juga harus sensitif dalam berinteraksi, baik terhadap bahasa verbal, nada suara, maupun nonverbal atau bahasa tubuh (body language) (Wahjosumidjo, 1987)
Siagian (2003) merupakan bahwa kepemimpinan dalam konteks suatu organisasi adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengarui perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif,ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
b.        Karakteristik Pemimpin
Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakien 2003)[2].
1.      Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
2.      Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya.
3.      Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
4.      Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan.
Teori kepemimpinan berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin yaitu (Siagian, 2003):
1.         Pengetahuan umum yang luas.
2.         Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
3.         Kemampuan analitik.
4.         Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
5.         Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
6.         Kemampuan menentukan skala prioritas.
7.         Rasionalitas
8.         Keteladanan
9.         Ketegasan
10.     Orientasi masa depan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini terlibat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.

c.    Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Menurut Siagan (2003), fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah:
1.    Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha tujuan dan berbagai sasarannya.
2.    Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
3.    Komunikator yang efektif.
4.    Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.
5.    Integrator yang rasional dan objektif.
Dalam menjalankan fungsi kepemimpinan yang hakiki tersebut, pemimpin diharapkan dapat membawa para pengikutnya ketujuan yang hendak dicapai.
  2.  Kreativitas
a.     Definisi  Kreativitas
Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai.
Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Guiford (dalam Munandir, 2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (Guilford, dalam Munandar 2009). Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas    sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
1.         Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
2.         Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
3.         Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu, tau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
Beragamnya pendapat para ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.
b.      Ciri – Ciri Kreativitas
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
1.    Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
2.    Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.

 Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c.      Faktor –Faktor  Yang Mempengaruhi  Kreativitas
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
1.  Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
a)      Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
b)      Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
c)      Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
d)     Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
2.  Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat[3]. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya[4] :
1.      Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a)         Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
b)        Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
c)         Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2.      Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002)[5].

3.  Inovasi
aPengertian   Inovasi
Schumpeter (1934)  inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
Zimmerer dan Scarborough (2005), inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu permasalahan berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan seseorang.
b.   Perilaku Inovatif
Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003)[6].
Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
c.      Karakter Individu yang Berperilaku Inovatif
1.         Memiliki keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan dan berusaha mengenali sebab-sebab dari segala sesuatu.
2.         Dia selalu mencari dan menulis setiap ide baru yang akan mempermudah pekerjaannya dan meningkatkan kualitas dirinya.
3.         Melontarkan ide-ide kepada orang lain untuk didiskusikan bersama
4.         Berfikir dengan menggunakan berbagai cara.
5.         Tidak akan terpengaruh oleh hinaan, ejekan, atau gentar dengan rintangan. Dia akan terus mengamati, dan berusaha mencari temuan-temuan baru.
6.         Tidak mau menerima rutinitas yang membuatnya stagnan
7.         Seorang yang berjiwa inovatif tidak pernah merasa bosan berusaha (ulet)
8.         Tidak takut melakukan kesalahan
9.         Memandang setiap kesulitan adalah sebagai jalan pembuka untuk menuju sukses.

C.  Konsep Inovasi  kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah

Salah satu dari lima kompetensi kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah adalah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasahnya. Untuk meningkatkan kompetensi inovasi Kepala sekolah/madrasahnya, maka Kepala sekolah/madrasah hendaknya mengetahui dan mampu menerapkan konsep inovasi dalam mengembangkan sekolah/madrasah. Oleh sebab itu, Kepala sekolah/madrasah dituntut memiliki sifat kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya.
Kreativitas dan inovasi merupakan dimensi-dimensi penting kewirausahaan. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Sedang inovasi adalah  penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya (Drucker, 1985). Contoh: hasil inovasi  adalah kantin jujur, pembelajaran anti korupsi, pembelajaran PAIKEM, manajemen sekolah/madrasah bersertifikasi ISO, unit produksi sekolah/madrasah sebagai tempat praktik siswa untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, dan lain-lain.
Kepala sekolah/madrasah perlu memiliki kompetensi inovasi agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selalu memikirkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya melalui perbaikan, pengembangan, pengayaan, pemodifikasian, dsb. Dalam rangka untuk memajukan dan mengembangkan sekolah/madrasahnya.
1.    Ciri-ciri Seorang Inovator[7]
       Seorang inovator memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    mengerjakan tugas dengan cara yang tidak konvensional;
b.    menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak liniear;
c.    lebih tertarik pada hasil dari pada proses;
d.   tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutin;
e.    kurang senang pada kesepakatan; dan
f.     kurang sensitif terhadap orang lain.
2. Cara Melakukan Inovasi
    Cara melakukan inovasi dapat diuraikan sebagai berikut:
a.    anda harus ke luar dari kawasan yang membuat anda nyaman (comfort zone);
b.    jangan berpikir dengan cara yang sudah terbiasa ada/dilakukan;
c.    bergerak lebih cepat dibanding orang lain (pesaing) agar tidak didahului orang lain;
d.   dengarkan ide stakeholders sekolah/madrasah;
e.    bertanyalah kepada warga sekolah/madrasah dan stakeholders apa yang perlu diubah di sekolah/madrasah ini secara berkala;
f.     dorong diri sendiri dan orang lain untuk cepat bergerak tetapi selamat;
g.    berharap untuk menang, dan memiliki kesehatan dan kekuatan; dan
h.    rekreasi secukupnya untuk mendapatkan ide-ide baru (Anonim 3, 2005).

D. Ciri Pemimpin Yang Inovatif
Inovasi merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan pemimpin dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang sukses sejatinya adalah pemimpin yang inovatif. Di era globalisasi seperti sekarang ini, sangat dibutuhkan pemimpin yang kreatif dan inovatif. Berikut adalah beberapa ciri pemimpin yang inovatif: [8]
1)   Memiliki passion, dia fokus pada hal-hal yang ingin diubah, tantangan-tantangan yang ada, serta strategi untuk menghadapi tantangan-tangangan tersebut. Passion akan membuat seorang pemimpin tetap berenergi dan bisa menyemangati timnya, bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun. Passion akan mendorong pemimpin mencapai mimpinya.
2)   Memiliki visi dan tujuan Inovasi . Pemimpin tidak bisa mengharapkan timnya bisa berinovasi jika mereka tidak mengerti arah tujuan organisasi. Pemimpin yang besar banyak menghabiskan waktunya untuk menggambarkan visi dan tujuan organisasi serta tantangan yang menghadangnya. Mereka mampu menginspirasi banyak orang untuk menjadi sukses dengan mengandalkan inovasi.
3)   Memandang perubahan sebagai tantangan pemimpin yang inovatif, memiliki ambisi dan tak pernah puas dengan kondisi “nyaman”. Mereka kerap menyuarakan perubahan. Bagi mereka, berdiam atau berpuas diri dengan kondisi saat ini lebih berisiko ketimbang menjajal sesuatu hal yang baru. Mereka akan terus mencari kesempatan untuk membesarkan organisasinya.
4)   Berani bertindak di luar aturan Untuk berinovasi, tak jarang seorang pemimpin perlu menantang aturan yang ada. Bisnis itu ibarat seni. Perusahaan dituntut untuk kreatif mencari cara-cara baru demi memuaskan pelanggan.
5)   Tidak takut gagal Pemimpin yang inovatif menganggap kegagalan sebagai bagian dari pelajaran untuk mencapai kesuksesan. Ia cenderung melihat nilai dan potensi yang dimiliki oleh organisasinya-bukan hanya melihat besar biaya operasional.
6)   Mau berkolaborasi Kolaborasi menjadi kunci bagi banyak pemimpin untuk sukses dengan inovasi. Ketika mereka menemukan bahwa sumber daya yang mereka miliki kurang memadai untuk mencapai tujuan organisasi, mereka tak menutup kemungkinan untuk berpartner dengan pihak lain.
E. Karakter Pemimpin Yang Kreatif
Sudah tidak kontekstual lagi bagi pemimpin di zaman yang serba cepat ini mengandalkan posisinya dengan sekedar memberikan perintah kepada anakbuahnya. Pemimpin perlu lebih bijak dalam menyikapi hubungan antara dirinya dengan anakbuahnya, dan akibat yang ditimbulkan terhadap organisasi tempatnya bertugas. Cakrawala pandang yang diperlukan tidak hanya terbatas pada pengerjaan tugas saat ini atau jangka yang menengah. Pemimpin yang visionaris akan melihat lebih jauh ke depan. Pada kondisi saat ini, salah satu keunggulan yang perlu dibangun bagi seorang pemimpin adalah menjadi pemimpin yang kreatif.
Navi Radjou [9] mengusulkan lima karakter unggul seorang pemimpin yang kreatif.
1.    Pemimpin dibanding hanya memberikan perintah, lebih baik membimbing kelompok dan organisasinya ke arah sukses. Dengan cara seperti ini, pemimpin tidak hanya menggerakkan anakbuahnya, tetapi juga menumbuhkembangkan mereka. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memberi perintah adalah menyampaikan secara jelas kepada anakbuah mengenai apa manfaat yang akan mereka peroleh dengan menjalankan perintah tersebut.
2.     Jangan hanya mengelola anak buah, tapi buat mereka menjadi lebih mampu untuk melakukan tugas. Pemimpin bertugas membantu anakbuah agar mereka mampu menemukan langkah-langkah pengerjaan, pengalaman, dan mendapatkan solusi. Pada kondisi ini pemimpin hanya terbatas membimbing, bukan memerintahkan menggunakan satu metode baku. Anakbuah hanya diberikan panduan mengenai hasil akhir apa yang harus mereka raih, bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah ditentukan oleh anakbuah dengan bimbingan pemimpin.
3.     Rasa hormat seharusnya diberikan pemimpin kepada anakbuahnya, bukan justru pemimpin yang meminta dihormati anakbuahnya. Jika pemimpin memperlakukan anakbuah dengan hormat, dengan sendirinya rasa hormat ini akan diberikan kembali dari anakbuah kepada pemimpin. Pemberian rasa hormat ini membuat anakbuah lebih percaya diri dalam melaksanakan tugas mereka, dan kondisi ini akan membuat mereka lebih termotivasi untuk mencapai sasaran yang ditentukan.
4.    Pemimpin harus mengetahui cara mengelola kondisi di saat anakbuah mencapai kesuksesan ataupun mengalami kegagalan. Pada kedua kondisi tersebut, pemimpin tetap memperlakukan anakbuah secara manusiawi. Ketika kesukesan diraih, ganjaran yang diberikan selain menghargai jerih payah untuk mencapai sasaran, sekaligus memacu anakbuah untuk semakin meningkatkan prestasinya. Jika kondisi yang terjadi adalah kegagalan, hukuman yang diberikan bukanlah berupa pematah semangat, namun harus mampu untuk memberikan motivasi. Tujuannya adalah agar anakbuah dapat bangkit dari kegagalan, mengambil pembelajaran dari kegagalan tersebut, dan menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
5.    Tunjukkan kemurahhatian dalam memimpin anakbuah, jangan serakah. Pemimpin disarankan untuk rendah hati ketika meraih kesuksesan. Bahkan, jika memungkinkan berikan peluang kepada orang lain untuk bisa tampil sebagai bintang yang berkontribusi atas kesuksesan tersebut. Dengan demikian, pemimpin menghargai anak buahnya sebagai bagian dari kesuksesan yang diraihnya.
F. Kepemimpinan Inovatif Kepala Sekolah
Pemimpin berupaya menumbuhkan ide dan merenungkan masa depan yang inovatif dengan jalan membangun visi, serta membangun konsep menajemen seluruh personil. Kepala sekolah yang inovatif tidak sekedar meminta guru untuk melakukan inovasi kelas, tapi kepala sekolah juga bertindak inovatif kemudian mempraktikannya dalam pengelolaan kelas dan sekolah secara umum.. Suatu lembaga memerlukan lider yang penuh kreatifitas, ide, dan inovatif demi lembaga yang dipimpinnya.Seorang manejer juga harus membangun interaksi dengan lingkungan sekolah.Oleh karena itu perlunya sosok kepala sekolah yang inovatif.
Kepala sekolah yang inovatif memiliki ciri sebagai berikut.[10]
a.    Menyusun program baru melaksanakan dan mengevaluasi.
b.    Melaksanakan manajemen berbasis sekolah.
c.    Mengembangkan inovasi pembelajaran.
d.   Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif.
e.    Mengembangkan profesional guru dan tenaga kependidikan.
f.     Menggalang parsipasi masyarakat.
Langkah-langkah kepala sekolah sebagai inovatif sebagai berikut. (1) Memiliki visi untuk berubah. (2)Tidak merasa takut adanya perubahan. (3) Berpikir seperti investor yang berani mengambil resiko. (4) Memiliki usulan yang dinamis. (5) Kolaborasi. (6) Siap menerima kegagalan.
Kiat- kiat kepala sekolah yang inovatif dalam memotivasi guru. yaitu:
a.         Turut serta dalam menyusun silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran.
b.         Memberikan penghargaan kepada guru yang bersusah payah menyusun materi pembelajaran.
c.         Menghargai guru yang berprestasi dengan meberikan reward.
d.        Memberikan petunjuk bagaimana menggunakan metode yang relevan.
e.         Menunjukan kesalahan dengan bahasa yang santun, tidak menyinggung perasaan.
f.          Memberi kesempatan guru untuk menyampaikan permasalahannya untuk dipecahkan secara individu atuau kolektif.
g.         Menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan guru.








F. Kesimpulan
Dalam dunia kewirausahaan, karakter  yang sangat penting untuk menunjang sebuah keberhasilan dalam melaksanakan kewirausahaan adalah dengan memiliki sifat kreatif, inovatif, dan kepemimpinan. Ketiga hal tersebut hendaknya dikolaborasikan menjadi satu kata yaitu sebuah kesuksesan.
            Kreatif sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bertujuan menciptakan hal baru atau memperbaiki suatu hal yang sudah ada agar memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam dunia kewirausahaan, sesorang harus memiliki kreatifitas yang mumpuni agar bisnis yang dijalankan menarik orang dan menghasilkan pendapatan yang memuaskan. Bukan hanya kreatifitas dalam pembuatan produk yang kita miliki, tetapi ada unsur lain yang harus disentuh dengan kreatifitas, misalnya saja pemasaran yang kita lakukan agar menarik masyarakat untuk membeli barang/jasa yang kita tawarkan.
            Inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran,sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat. Perilaku inovatif  adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’,  yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental
Diantara  salah satu kompetensi kewirausahaan Kepala sekolah/madrasah adalah menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasahnya. Untuk meningkatkan kompetensi inovasi Kepala sekolah/madrasahnya, maka Kepala sekolah/madrasah hendaknya mengetahui dan mampu menerapkan konsep inovasi dalam mengembangkan sekolah/madrasah. Oleh sebab itu, Kepala sekolah/madrasah dituntut memiliki sifat kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya.



DAFTAR PUSTAKA


Hendro..Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : (Penerbit Erlangga. 2011).



(http://www.ernirismayana.blogspot.com).

Kasali Rhenald. Modul Kewirausahaan. (Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. 2010)

McClelland, D. Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. 1987).

Suryana. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). (Jakarta: Penerbit Salemba Empa. 2006).


udayapemimpin.blogspot.com/2012/09/6-ciri-pemimpin-yang-inovatif-di-era.html,















[1]Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal: 48
[2] Suryana. 2006. Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta: Penerbit Salemba Empa. Hal : 44
[3] Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. Hal: 43
[4] Suryana.  Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses).  hal: 39
[5](http://www.ernirismayana.blogspot.com). 03 Maret 2014
[6] McClelland, D. (1987). Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Intermedia. Hal: 165
[8] udayapemimpin.blogspot.com/2012/09/6-ciri-pemimpin-yang-inovatif-di-era.html, 01 Nopember 2014

[9] http://adhibaskara.com/2011/10/11/menjadi-pemimpin-yang-kreatif/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar