PERSEPSI DAN KOMUNIKASI
DALAM ORGANISASI
Oleh : Supiansyah
A.
Pendahuluan
Persepsi dan komunikasi
ini amat erat dan penting sekali diketahui guna memahami ilmu prilaku.
Komunikasi terjadi jika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang
lain. dan komunikasi tersebut dapat berjalan baik dan tepat dan jika
penyampaian informasi tadi menyampaikannya dengan patut, dan penerima informasi
menerimanya tidak dalam bentuk distorsi.
Persepsi pada hakikatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang
lingkungannya, lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang
menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda
dengan kenyataannya.
Dalam berkomunikasi kita biasa memilih sebagian pesan yang terkandung dalam
pernyataan lawan komunikasi kita untuk kita tanggapi dan mengabaikan
pesan-pesan atau bagian-bagian pesan lainnya. Hampir semuan bentuk komunikasi
sesungguhnya memang kompleks atau rumit, sehingga sadar atau tidak sadar, kita
cendrung memilih apa atau mana yang kita persepsikan dan kita tanggapi.
Persepsi/penafsiran kita, terhadap pesan-pesan yang kita terima dari orang lain
selalu kita perlakukkan masih bersifat tentatif atau sementara, sampai
mendapatkan konfirmasi atau dibenarkan oleh lawan bicara kita.
1
Persepsi ini merupakan proses kognitif yang kompleks yang
dapat memberikan gamabaran yang unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan realitasnya.
Pengenalan adanya perbedaan antara dunia dalam persepsi dan dunia dalam
kenyataan, penting artinya dalam konsep komunikasi interpersonal. Kita sering
menyalahartikan hubungan antara persepsi dengan sensasi indra fisik kita yang
biasanya meliputi penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan cita rasa
(panca indra), kadang-kadang ditambah indra ke enam. Kelima indra kita selalu
dibombardir dengan berbagai stimulan, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam tubuh.
Contoh stimulan yang
datang dari luar adalah gelombang cahaya, gelombang suara, tekanan energi
mekanik, dan energi kimia dari beberapa objek yang bisa dibau dan dirasakan.
Stimulasi yang datang dari dalam termasuk energi yang dihasilkan oleh otot,
makanan yang melewati sistem pencernan, dan hormon-hormon yang mempengaruhi
perilaku yang dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar hormon. Contoh-contoh ini
menunjukkan bahwa sensasi itu terutama berhubungan dengan perilaku yang sangat
elementer, yang sebagian besar ditentukan oleh fungsi fisiologis. Dengan cara
ini manusia menggunakan panca indranya untuk warna, penerangan cahaya, bentuk
kekerasan, suara, panas, bau dan rasa makanan, obat-obatan, atau zat-zat
tertentu. 2
B.
Pengertian Persepsi dan Komunikasi
1.
Persepsi
Persepsi jauh lebih kompleks dan luas daripada sensasi. Proses persepsi
melibatkan interaksi yang kompleks dari seleksi, dan interpretasi. Meskipun
persepsi sebagian besar tergantung pada objek-objek pancaindra sebagai data
kasar, proses kognitif dapat memfilter, memodifikasi, atau mengubah sama sekali
data ini. Ilustrasi yang sederhana ini dapat disebutkan disini dengan
memperlihatkan objek yang tidak bergerak pada satu sisi, umpamanya patung atau
pohon. Dengan menggerakkan mata secara perlahan ke sisi lain dari objek
tersebut bergerak. Tetapi, orang tersebut tetap berpersepsi bahwa objek itu
tidak bergerak. 3
Untuk memudahkan kita dalam memahami persepsi maupun sensasi akan kami paparkan
beberapa contoh berikut. Anda melihat kawan anda sedang melihat-lihat etalase
toko. Anda menyergapnya dari belakang, “bangsat loe, udah lupa sama aku ya!”
orang itu membalik, anda terkejut. Ia bukan teman anda, tetapi orang yang tidak
pernah anda kenal seumur hidup anda. Ini bukan kesalahan persepsi tapi ini
adalah kekeliruan sensasi. Bila dosen mengucapkan “bagus”, tetapi anda
mendengar “Agus”, anda keliru sensasi. Tetapi bila saya mengucapkan “anda
cerdas sekali” lalu Anda menerima pujian saya dengan marah, karena anda kira
saya mempermainkan Anda, Anda salah mempersepsi pesan saya.[4]
Dalam pembahasan definisi persepsi ini terdapat beberapa pendapat para pakar
komunikasi, yang dapat dijadikan dasar dalam memahami makna persepsi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Desiderato
bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.[5]
Robbins , Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorinya supaya dapat
memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya.[6]
Kedua definisi diatas telah cukup memberikan pemahaman secara deskriptif
terhadap makna persepsi, meskipun masih banyak definisi-definisi yang lain yang
tidak dicantumkan dalam tulisan ini. Inti dari kedua definisi di atas
tidak jauh berbeda, hanya saja definisi pertama lebih menekankan pada pengalaman
suatu objek, sedangkan kedua lebih menekankan persepsi sebagai proses. Namun
dari kedua definisi, dapat disimpulkan bahwa inti dari persepsi adalah
penafsiran (interpretasi).
Hal ini tampak pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “persepsi
didefenisikan sebagai cara organisme memberi makna”.[7] Rudolph F. Verderber:
“persepsi adalah proses menafsirakan informasi inderawi“atau J. Cohen:
“persepsi didefinisikan interpretasi bermakna atas sensasi sebagai
representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai
apa yang diluar sana”. 8 Jadi persepsi merupakan proses
pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus organisme atau
individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam diri individu.
Persepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Persepsi juga dapat diartikan sebagai
suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera (sensasi) mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Proses ini
meliputi sensasi, atensi, dan interpretasi.
Menurut Luthans
persepsi itu lebih kompleks dan lebih luas dibanding penginderaan. Proses
persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan
dan penafsiran.. Selanjutnya proses persepsi dapat menambah dan mengurangi
kejadian. Sebagai contoh: bagian pembelian membeli peralatan yang diperkirakan
menurutnya adalah peralatan yang terbaik, tetapi para insinyur mengatakan bahwa
itu bukan yang terbaik.
Ada beberapa
subproses dalam persepsi:
1. Stimulus
atau situasi yang hadir. Terjadinya persepsi jika seseorang dihadapkan dengan
sesuatu stimulus atau situasi Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa
stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan
sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.
2. Registrasi,
interpretasi dan umpan balik. Registrasi dalam hal ini seseorang mendengar atau
melihat informasi terkirim kepadanya, didaftarnya semua informasi itu kemudian
diproses interpretasi ini tergantung pada pendalaman, motivasi, dan kepribadian
seseorang adalah berbeda. Kemudian akan terjadi umpan balik.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat
tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap
nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.
Persepsi sangat
dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.
Faktor-faktor dari
luar yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain:
1. Intensitas,
semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin besar juga hal itu dapat
dipahami.
2. Ukuran,
semakin besar ukuran suatu objek semakin mudah untuk diketahui.
3. Berlawanan
atau kontras, prinsip berlawanan dengan sekelilingnya ini akan menarik banyak
perhatian.
4. Pengulangan,
stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dari
pada yang sekali dilihat atau didengar.
5. Gerakan,
orang akan memberikan banyak perhatian kepada kepada benda yang bergerak.
Faktor-faktor dari
dalam yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Belajar
dan persepsi. Contoh: seseorang anak yang telah diajari oleh orang tuanya bahwa
daging babi itu haram dan liur anjing itu mengandung najis, maka pada diri anak
akan timbul persepsi bahwa anjing dan babi itu harus dijauhi.
2. Motivasi
dan pesepsi motivasi mempengaruhi terjadinya persepsi. Sebagai contoh: membicarakan
tentang seks akan sangat menarik perhatian, tetapi bagi masyarakat yang sudah
biasa tidak begitu menarik.
3.Persepsi
dan kepribadian, kepribadian, nilai-nilai, dan juga termasuk usia akan
mempengaruhi persepsi seseorang. Contoh: pada usia-usia tua lebih senang dengan
musik-musik klasik sedang pada usisa muda lebih suka musik yang lain.
2. Komunikasi
a. Definisi
Komunikasi
Komunikasi adalah
proses penyampaian informasi dari satu orang kepada orang lain, bisa melalui
telepon, surat, pembicaraan, ekspresi, kombinasi cara tersebut, dan lain-lain.
Menurut O’Donnell dan Weihrich, komunikasi adalah penyampaian informasi
dari pengirim kepada penerima dan informasi itu dapat dipahami oleh si
penerima.[9] Komunikasi melibatkan minimal 2 orang yaitu pemberi dan penerima informasi.
Informasi diberikan melalui saluran (Channel) dan media. Dalam proses
penyampaian bisa saja terjadi kemungkinan saluran ini diganggu oleh “Noise”.
Pesan dituangkan dalam ide. Ide transformasi menjadi pesan (Message).
Pesan ini dikirimkan melalui Channel kepada penerima pesan itu
dimasukkan sebagai ide, dan seterusnya, sampai pada penerima pesan dan akhirnya
akan mempengaruhi tindakan action).[10]
b.
Fungsi Komunikasi
dalam Organisasi
Menurut Sendjaja (1994) menyatakan
bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi informatif,
organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
2. Fungsi regulatif,
fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi.
3. Fungsi persuasif,
dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang di harapkan.
4. Fungsi integratif,
setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Tidaklah berlebihan
bila dikatakan bahwa fungsi komunikasi merupakan sarana memadukan aktifitas-aktifitas yang terorganisai.
Komunikai dapat dipandang sebagai sarana untuk menyalurkan masukan sosial ke dalam sistem sosial. Komunikasi juga merupakan sarana
untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi,
dan sarana untuk mencapai tujuan. Bila kita berbicara tentang
gereja, keluarga, atau suatu pasukan pramuka atau
tentang sebuah perusahaan maka menyampaikan informasi dari seseorang pada yang
lain sangatlah penting.
c. Tujuan Komunikasi
Dalam arti yang
luas, tujuan komunikasi dalam suatu perusahaan adalah untuk mengadakan
perubahan untuk mempengaruhi tindakan dan untuk mencapai
kesejahteraan perusahaan. Misalnya di dunia usaha memerlukan informasi tentang
harga, kompetisi, teknologi dan keuangan. Komunkasi penting artinya karena komunikasi memerlukan
komunikasi-komunikasi menejemen. Secara khusus, komunikasi di perlukan untuk:
1.
Menetapkan menetapkan
dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.
2.
Menyusun rencana
untuk mencapai tujuan itu.
3.
Mengorganisasi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara yang paling
efektif dan efisien.
4.
Menyeleksi,
mengembangkan dan menilai anggota organisasi.
5.
Memimpin mengarahkan
memotivasi.
6. Mengendalikan prestasi.
d. Bentuk – Bentuk Komunikasi
dalam Organisasi
Manajer perlu memahami beberapa bentuk komunikasi yang
umum ditemukan dalam organisasi dewasa ini. Bentuk-bentuk komunikasi ini
mencakup komunikasi interpersonal, komunikasi komunikasi dalam jaringan dan
tim, komunikasi organisasi, dan komunikasi elektronik.
1.
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal secara umum
memiliki dua bentuk, lisan dan tulisan. Seperti yang akan kita lihat,
masing-masing bentuk komunikasi ini memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.
Komunikasi Lisan (oral communication)
terjadi dalam percakapan tatap muka, diskusi kelompok, percakapan telpon, dan
dalam situasi-situasi lain ketika ucapan digunakan untuk mengekspresikan makna.
Komunikasi lisan sangat lazim karena beberapa alasan. Yang paling utama,
komunikasi lisan memicu umpan balik dan pertukaran pemikiran secara langsung
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau persetujuan verbal, ekspresi muka, dan
gerak tubuh. Komunikasi lisan juga mudah (yang perlu dilakukan pengirim
hanyalah berbicara), dan dapat dilakukan dengan persiapan sedikit (meski
persiapan matang dianjurkan dalam situasi-situasi tertentu). Pengirim tidak
memerlukan pensil dan kertas, keybord, atau peralatan lain. Akan tetapi,
komunikasi lisan juga memiliki kelemahan. Komunikasi ini mungkin tidak akurat
jika pembicara memilih kata-kata yang salah untuk menyampaikan suatu makna atau
melupakan detil-detil penting, jika proses komunikasi lisan mengalami gangguan,
atau jika penerima melupakan sebagian dari pesan. Dalam diskusi dua arah,
jarang tersedia waktu untuk berpikir atau untuk memperkenalkan banyak fakta
baru, dan tidak ada catatan permanen mengenai apa yang telah diucapkan. Selain
itu, meski sebagian besar manajer merasa nyaman berbicara kepada orang-orang
secara individual atau di depan grup kecil, hanya sedikit manajer yang suka
berbicara di depan audiensi yang lebih besar.[11]
Komunikasi Tulisan “Menulisnya” dalam surat,
laporan, memo, catatan tulisan-tangan, atau e-mail bisa memecahkan
banyak masalah yang melekat pada komunikasi lisan. Meski begitu, dan barangkali
mengejutkan, komunikasi tulisan (written communication) tidak
selazim yang anda bayangkan, dan bukan merupakan cara komunikasi yang dihargai
oleh banyak manajer. Salah satu kelemahan terbesar dari bentuk-bentuk
tradisional komunikasi tulisan adalah bahwa komunikasi tulisan mencegah umpan
balik dan pertukaran pikiran secara langsung. Akan tetapi komunikasi lisan juga
menawarkan sejumlah keunggulan. Komunikasi tulisan biasanya sangat akurat dan
menyediakan catatan permanen mengenai komunikasi. Pengirim bisa meluangkan
waktu untuk mengumpulkan dan mencerna informasi dan bisa merevisinya sebelum
dikirimkan. Penerima memiliki banyak waktu untuk membacanya secara cermat dan
bisa mengulangi pembacaan berkali-kali, jika diperlukan.
2. Komunikasi dalam Jaringan dan Tim Kerja
Meskipun komunikasi antara anggota-anggota tim dalam
organisasi jelas bersifat interpersonal, banyak riset telah berfokus secara
spesifik pada bagaimana individu-individu dalam jaringan dan tim kerja
berkomunikasi satu sama lain. Jaringan komunikasi (communication network)
adalah pola komunikasi antar anggota dari sebuah grup atau tim.
3. Komunikasi Organisasional
Bentuk-bentuk komunikasi lain di dalam organisasi adalah
komunikasi yang mengalir antar dan antara unit-unit dan grup-grup
organisasional. Masing-masing bentuk komunikasi ini bisa berupa lisan dan
tulisan, tetapi tiap bentuk juga bisa dikembangkan menjadi pola komunikasi yang
lebih luas di sepanjang organisasi. Bentuk komunikasi organisasional ada dua
yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.
a. Komunikasi Vertikal (vertical communication) adalah
komunikasi yang mengalir ke atas dan ke bawah dalam hierarki organisasi,
biasanya melalui saluran-saluran pelaporan formal yaitu komunikasi yang terjadi
antar manajer dengan atasan dan bawahan mereka. Komunikasi vertikal bisa
melibatkan dua orang saja, atau bisa mengalir melalui beberapa level organisasi
yang berbeda.
b. Komunikasi Horizontal (horizontal communicatio) adalah
komunikasi yang melibatkan kolega dan rekan kerja dari level organisasi yang
sama. Komunikasi horizontal cenderung lebih sering terjadiantar manajer
dibanding antar non-manajer. Sebagai contoh, seorang manajer operasi mungkin
mengkomunikasikan kepada manajer pemasaran bahwa level persediaan telah menipis
dan bahwa proyeksi tanggal pengiriman harus diperpanjang 2 minggu.
4.
Komunikasi Elektronik
Terakhir, komunikasi elektronik akhir-akhir ini menjadi
semakin penting di dalam organisasi. Baik sistem informasi formal maupun
teknologi elektronik pribadi telah mengubah cara manajer berkomunikasi satu
sama lain.
5. Komunikasi
Informal dalam Organisasi
Bentuk-bentuk
komunikasi organisasional yang telah di bahas sebelumnya semuanya mewakili
mekanisme komunikasi formal dan terencana. Namun, dalam banyak kasus sebagian
besar komunikasi yang terjadi dalam organisasi meloncati saluran-saluran formal
dan mengikuti sejumlah metode informal. Bentuk bentuk komunikasi
informal yang umum adalah rumor, management by wandering around dan komunikasi
non verbal.
Pesan
yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara verbal
dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya
dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan komunikasi
yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi,
komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedang
komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Dalam komunikasi sehari-hari
35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa komunikasi nonverbal.[12]
A.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun
tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,
atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta
menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan
bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting. [13]
Ada
beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
1. Bahasa
Pada
dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu
bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama
lain. [14]
Bahasa
memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya
dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a.
Untuk
mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b.
Untuk
membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
c.
Untuk
menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Bagaimana
mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang membicarakan
sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori
pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan
unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan
istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh
stimuli dari luar, orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui
bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh
orang lain.
Teori
kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Menurutnya
kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa
dari lahir.
Teori
ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh
Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang
diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi
dalam dirinya.[15]
2. Kata
Kata
merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau
keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.
Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara
kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.[16]
B.
Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa
kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai
daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis
komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat
tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang
mau diungkapkan karena spontan.[17]
Nonverbal
communication is all aspects of communication other than words themselves. It
includes how we utter words (inflection, volume), features, of environments
that affect interaction (temperature, lighting), and objects that influence
personal images and interaction patterns (dress, jewelry, furniture).[18] (Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain
kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita
mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi
interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi
dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).
Komunikasi
non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan/perbuatan (action)
atau objek (object).
Bahasa
Tubuh. Bahasa
tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan
berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang.
Tanda. Dalam
komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu
lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.
Tindakan/perbuatan. Ini
sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat
menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu
keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua
itu mengandung makna tersendiri.
Objek. Objek
sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat
menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot
rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.[19]
Hal
menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang
menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal
dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga
menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang
dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat
nonverbal.
Oleh
sebab itu, Mark knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam
berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a.
Meyakinkan
apa yang diucapkannya (repetition)
b.
Menunjukkan
perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)
c.
Menunjukkan
jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d.
Menambah
atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.
e.
Hambatan komunikasi
organisasi
Komunikasi tidak selamanya berjalan dengan lancar. Banyak
sekali terdapat kesalahan -kesalahan penyampaian, penerimaan,
bahkan kesalahan ketika harus mengartikan pesan atau informasi yang di terima. Menurut
effendi dalam berorganisasi tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang
dapat menghambat jalannya proses komunikasi, di antaranya adalah:
[20]
a)
Hambatan sosio
antro psikologis,
1. Hambatan sosiologis : merupakan hambatan yang terjadi
karena adanya perbedaan golongan dan lapisan yang menyebabkan adanya perbedaan
status sosial, idiologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya.
2. Hambatan antropologis: hambatan komunikasi yang terjadi
akibat adanya perbedaan postur, warna kulit, dan kebudayaan, gaya hidup, norma,
kebiasaan, dan bahasa.
3. Hambatan sikologis: komunikasi yang terhambat karena
komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati dan
adanya prasangka pada komunikator.
b)
Hambatan semantik
c) Hambatan ini di timbulkan oleh kominikator. Kadang
terjadi karena salah ucap dalam menyalurkan pikiran dan perasaan, sehingga
timbul salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretion)
yang akhirnya menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).
d)
Hambatan mekanis
e) Hambatan yang terjadi pada media yang di gunakan untuk
berkomunikasi. Contoh: suara telfon yang tidak jelas, ketikan huruf yang buram
pada surat, suara yang hilang, dan muncul pada saluran radio.
f. Kabar Burung
1. Ungkapan
“kabar burung” pertama kali saya baca dalam cerita silat terjemahan OKT (Oei
Kim Tiang). Waktu itu, “kabar burung” belum menjadi kosakata bahasa Indonesia.
Baru setelah banyak orang membaca cerita silat, ungkapan “kabar burung” menjadi
populer sehingga sekarang menjadi kosakata bahasa Indonesia. Artinya, tidak ada
sangkut pautnya dengan burung yang suka terbang. “Burung” di situ saya kira
dari bahasa Sunda yang artinya “gila”, “tidak benar”, atau “gagal”. OKT yang
sejak kecil tinggal di Tangerang dalam tulisannya banyak memasukkan kata-kata
dari bahasa Sunda yang rupanya sudah menjadi perbendaharaan bahasa sehari-hari
orang Tangerang.
2. Kata-kata
“buru-buru” (cepat-cepat), “jangkung” (tinggi untuk tubuh orang), “tanjakan”
(jalan mendaki), “kabur” (melarikan diri), “lumrah” (umum), “berendeng”
(berjalan berdampingan), “tapak” (bekas), dan banyak lagi sering digunakan OKT
dalam karangannya. Kata-kata itu berasal dari bahasa Sunda yang sebagian biasa
digunakan dalam bahasa Jakarta. Sekarang banyak kata tersebut yang menjadi
bahasa Indonesia karena kebiasaan OKT banyak memengaruhi penulis lain. Di
Tangerang, komunitas terbesarnya adalah orang Sunda sehingga saling pengaruh
atau saling pinjam kata dalam percakapan sehari-hari antara orang-orang yang
mempergunakan bahasa Sunda dan orang-orang yang menggunakan bahasa Melayu
Jakarta dengan mudahnya terjadi.
3. Jadi
“kabar burung” artinya kabar yang tidak benar, kabar gila. Dalam bahasa Sunda
sendiri tidak ada ungkapan “beja burung” (beja=kabar). Jadi, kata Sunda yang
diambil hanya “burung” saja. Dalam Kamus Dialek Jakarta yang disusun
oleh Abdul Chaer (1976), kata “burung” dalam arti gila tidak jadi atau gagal,
tidak tercantum. Artinya, kata “burung” dalam arti demikian tidak terdapat
dalam bahasa dialek Jakarta. OKT agaknya langsung meminjamnya dari bahasa
Sunda. Akan tetapi, sekarang ungkapan “kabar burung” sudah menjadi ungkapan
sehari-hari dalam bahasa Indonesia.[21]
C.
Efektivitas Komunikasi
dalam Proses Pendidikan
Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses social untuk mentranmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lian. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menerima respon sikap, itu diminta oleh komuniktor.
Menurut Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam
proses komunikasi ada beberapa ketentuan, antara lain :[22]
1. Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege
1. Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege
atau stimulus selalu ditujukan kepada
sekumpulan orang tertentu. Ini
disebut penerima yang terntetu.
2. Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima
2. Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima
yang sesuai dengan maksud yang
dibawakan oleh messege atau
stimulus tertentu.
3. Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada
3. Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada
penerima, sesuai dengan maksud komunikasi.
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan - gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan - gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Terkait komunikasi dalam
pendidikan, ada sejumlah orang yang berperan yakni guru dan siswa. Guru
merupakan orang yang dianggap mampu mentransfer materi ajar, gagasan, wawasan
lainnya kepada siswa haruslah dipandang sebagai sebuah proses belajar mengajar.
Tetapi guru juga tidak boleh anti kritik. Justru dengan kritik dan saran itu
akan menambah wawasan lain dan timbal balik dalam belajar akan semakin hidup
dan menyenangkan. Jangan sampai guru memiliki sifat otoriter atas semua
kebijakan di sekolah saat mengajar. Jangan jadikan siswa sebagai objek. Justru
sebaliknya, siswa harus dijadikan subjek dalam sebuah pembelajaran.
Di sinilah pentingnya
seorang guru memiliki komunikasi yang lancar, baik dan mampu menggerakkan
siswa untuk melakukan interaksi. Membuat suasana belajar menyenangkan, nyaman,
dan tak tertekan. Guru bukan hanya sebagai orang yang mengajar, tetapi lebih
dari itu yakni sebagai orang tua, rekan, maupun sahabat. Karena ada siswa yang
tidak mau terbuka kepada orang tua, tetapi kepada guru bisa terbuka terkait
dengan persoalan atau masalah yang sedang dihadapinya, sehingga rasa kasih
sayang dari seorang guru kepada siswa akan menjadikan motivasi tersendiri.
Kemudian guru yang berperan sebagai teman harus mampu membuat siswa bergaul
dengan leluasa dalam artian ada batasnya. Jelas ini akan menambah percaya diri
siswa dalam belajar. Karena pada hakikatnya tujuan komunikasi itu adalah
bagaimana bisa dan mampu merubah suatu sikap (attitude), pendapat (opinion),
perilaku (behavior), ataupun perubahan secara sosial (social change).
Perubahan sikap seorang
komunikan (siswa) setelah materi dari guru (komunikator) tergambar bagaimana
sikap siswa itu dalam keseharian baik di sekolah maupun lingkungannya. Tentunya
perubahan itu ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Kemudian perubahan
pendapat siswa akan terjadi bila gagasan yang diberikan guru bersifat global.
Jelas siswa akan menangkap materi ajar itu berbeda-beda, siswa akan mampu
menafsirkan apa yang diajarkan oleh guru tadi yang kemudian bisa mengeluarkan
penadapat atau beropini. Begitu juga dengan perubahan prilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya apakah prilaku siswa sudah sesuai apa yang dicontohkan di
sekolah, misalnya cuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan
lain-lain. Yang tak kalah pentingnya adalah perubahan sosial, karena persoalan
ini lebih kepada hubungan interpersonal, menjadikan hubungan yang lebih baik.
D. Hambatan Dalam Proses Komunikasi
Melakukan
komunikasi yang efektif tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak
ada proses komunikasi yang sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat
hambatan. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
1. Hambatan
yang bersifat objektif, yaitu hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak
disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang
tidak menguntungkan. Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di
tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun
karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame of reference dan field of
reference antara komunikator dengan komunikan.
2. Hambatan
yang bersifat subjektif, yaitu hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai
upaya penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri
hati, apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan kalau diklasifikasikan
hambatan komunikasi meliputi :
1.
Gangguan(Noises),terdiridari :
Gangguan mekanik (mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan mekanik (mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
2.
Gangguan semantik (semantic noise), yaitu bersangkutan
dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Lebih banyak
kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau konsep terdapat
perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
3.
Gangguan personal (personnel noise), yaitu bersangkutan
dengan kondisi fisik komunikan atau komunikator yang sedang kelelalahan, rasa
lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis, misalnya tidak ada minat,
bosan, dan sebagainya.
Kepentingan
(Interest) Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya
dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang
akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian
atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
E. Kesimpulan
pada hakikatnya persepsi
adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Karena
persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan
penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut
tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap
suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan
sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu
kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam
situasi yang tertentu pula.
Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi,
ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang lain atau dari kelompok
ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau
kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
orang-orang dan kelompok-kelompok di dalam suatu Komunikasi merupakan suatu
yang sangat pokok yang dalam prosesnya ada tujuan komunikasi, yaitu :
1. Menentapkan dan menyebarkan maksud
dari pada suatu usaha.
2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai
tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota
organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan
menciptakan suatu iklim kerja di mana
setiap orang mau memberikan kontribusi.
Proses komunikasi akan efektif apabila
komunikator melakukan perananya, sehingga terjadinya suatu proses komunikasi
yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas
dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, dan terjadi
pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan
untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat. Selanjutnya bahwa
dalam proses komunikasi terbagai dalam dua macam, yang meliputi komunikasi
aktif dan komunikasi pasif.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus
M. Hardjana,2003 , Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta:
Kanisius.
Bertha,
Nyoman, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP Bandung,
1983).
Donosepoetro,Marsetio,
1982 Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan Berpikir, Surabaya .
Fisher, Aubrey dan Kathrine L. Adams. Interpersonal
Communication: Pragmatic
Fattah,Nanang,
Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996).
Gibson, James I. (1990). Organisasi Perilaku,
Struktur, Proses. Jakarta : Erlangga.
Griffin, Ricky W. (2004). Manajemen Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. (1996). Manajemen Kontemporer.
Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/06/hambatan-dalam-proses-komunikasi.html
Julia
T. Wood, 2009 Communication in Our Lives, (USA: University of
North Carolina at Capital Hill.
Kadarman, A. M. dan Jusuf Udaya. (1996). Pengantar
Ilmu Manajemen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muchlas, Makmuri, Perilaku
Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008.
Miftah,
Thoha. 2008. Perilaku Organisasi; konsep dasar dan aplikasinya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto,
M. Ngalim, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber
Benih Kecerdasan, 1981).
Prof.
Dr. H. Hafied Cangara, 2007 Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta: Raja
Grafindo Perkasah.
Sulaeman,
Dadang dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP Bandung,
1983).
Suherman,
Maman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta : Karunia, 1986).
Sutisna,Oteng,
Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung : Angkasa, 1983)
Sagala,Syaiful,
Administrasi Pendidikan Konteporer, (Bandung : Alfabeta, 2005).
R. Wayne
Pace dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi; strategi meningkatkan
kinerja perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutarto.
2006. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sendjaja,
S Djuarsa.1994, Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Ukas,
Maman, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo,
1999).
4 Hubungan persepsi dengan
sensasi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepi. Persepsi, seperti juga
sensasi, sama-sama ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional.
Lihat: Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 51.
6Makmuri Muchlas, loc.cit.
7John
R. Wenburg dan William W. Wilmot, The Personal Communication Process.
(New York: John Wiley & Sons, 1973), hlm. 113.
[9]
Kadarman, A. M. dan Jusuf Udaya. Pengantar Ilmu
Manajemen. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,1996
),hlm 121.
[10] Harahap,
Sofyan Syafri. Manajemen Kontemporer. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1966),hlm
220.
[12]
Agus
M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), h. 22
[15]
Prof.
Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa, 2007), h. 99-102
[16]
Agus
M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), h. 24
[18]
Julia
T. Wood, Communication in Our Lives, (USA: University of North
Carolina at Capital Hill, 2009), h. 131
[22]
Donosepoetro,Marsetio,
Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan Berpikir, (Surabaya : 1982).
maaf pak supiansyah, jika berkenan ,sy mohon dikirimkan file word aslinya ke email sy. ali.umar.21@gmail.com , terima kasih
BalasHapusSelamat siang Pak, saya sangat membutuhkan materi bapak untuk presentasi perilaku keorganisasian. boleh saya dapat file word nya pak? terima kasih sebelumnya
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapus